Blogroll

About canszzinspiration

Manual Description Here: Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis.

Saudaraku, Do’akanlah orangtuamu, Berbuat baiklah pada mereka, Sebelum kamu menyesalinya!

12 Hal Tentang Menjadi Ayah Baru

Tidak peduli seberapa sering Anda membaca mengenai persiapan menjadi orangtua baru, tidak ada seorangpun yang bisa mengatakan kepada kita saat si bayi lahir apa yang benar-benar kita harapkan. Diantara meninabobokan, tugas mengganti popok dan tahu jam menyusu, menjadi seorang ayah seperti menghentikan semua kegiatan yang sering Anda lakukan di masa lalu.

Mungkin saja Anda tidak siap meninggalkan itu semua dan memulai tugas baru sebagai seorang ayah. Situs iVillage  edisi 14 Juni 2012 memberikan 12 hal yang bisa Anda pelajari untuk menjadi seorang ayah :

1. Bercinta
Banyak dokter menyebutkan sedikitnya ada masa 6 minggu kehidupan tanpa seks setelah melahirkan, jadi pikirkan kembali sebelum pergi ke tempat tidur. Mungkin Anda tidak merasa ingin bercinta? Cobalah untuk fokus pada rangsangan lain dalam diri istri dan ingatlah selalu kalau bercinta tidak akan menyakiti bayi.

2. Berada di Ruang Persalinan
Jika Anda merasa tidak akan bisa mengatasinya, katakan tidak pada perawat. Atau mungkin akan lebih baik Anda tidak berada di dalam ruang persalinan, jika memang tidak mampu melewatinya dan mendapati istri Anda menatap wajah Anda yang pucat pasi.

3. Memberikan Hadiah
Tugas seorang ayah di ruang bersalin itu sangat mudah, hanya berdiri dan memberikan semangat. Jadi, agar tidak terlihat seperti seorang penggembira, hargai semua usaha yang dilakukan istri Anda. Bunga atau perhiasan sebagai tanda betapa bangganya Anda pada pasangan Anda.

4. Menemani Konsultasi Menyusui
Menyusui itu tugas utama, dan itu juga bisa membuat ibu menjadi lebih emosional. Jangan berusaha untuk memahami tekanan menyusui, jadilah pendukung tanpa pamrih. Dan jika ibu mengalami masalah, adalah tugas Anda untuk membawanya berkonsultasi tentang proses laktasi.

5. Menyiapkan Selimut Pembungkus
Membungkus bayi dengan ketat akan membuat mereka terlihat seperti menggunakan jaket yang ketat dan hangat. Perlu untuk membeli selimut yang bisa membungkus bayi Anda dengan hangat.

6. Menjadi Ayah Membuat Anda Lebih Seksi
Wanita lajang menyukai pria yang mau menjalankan tanggung jawabnya. Jadi sebagai seorang ayah baru, Anda akan lebih menarik bagi wanita dan tidak akan menyakiti siapapun jika ayah menikmati perhatian tambahan ini.

7. Bersiap dengan Sindrom Paska Melahirkan
Apapun situasinya, depresi pasca melahirkan bisa menjadi urusan yang serius dan mungkin sesuatu yang tidak bisa Anda tangani sendiri. Jika Anda berpikir istri Anda menderita gejala semacam ini, segerlah bicarkan dengan dokter Anda.

8. Tugas Mengganti Popok
Ayah harus bisa mengenali bentuk popok yang akan dikenakan bayinya. Ingat, kegiatan ini bukan untuk Anda, tapi untuk si bayi. Beberapa bayi menikmari pengalaman ini dalam kondisi apapun.

9. Membiasakan Diri Membersihkan Kotoran
Tidak hanya Anda harus membersihkan pakaian, karpet, lampin dan sofa, tapi Anda juga harus tahu warna, bau, seberepa sering dan bentuknya.  Buang semua rasa jijik di luar pintu.

10. Persiapkan Biaya Untuk Peralatan Bayi
Perkiraan apa yang akan Anda butuhkan untuk si bayi, mungkin saja lemari tambahan untuk menyimpan semua peralatan bayi yang nantinya tidak akan digunakan lagi. Atau bisa juga untuk memberikan barang-barang bekas ini kepada yang membutuhkan.

11. Memiliki Kerata Dorong Sendiri
Carilah kereta dorong yang bisa Anda dorong dengan satu tangan, sementara tangan yang lain bisa membawa kopi ataupun tas popok milik anak Anda.

12. Berkumpul Dengan Teman
 Dengan membawa bayi bersama Anda, akan membuat Anda hemat dalam biaya sewa pengasuh. Kebanyakan bayi akan tertidur dengan damai sementara Anda dan pasangan berbincang-bincang dengan teman. Dengan begitu Anda berdua akan lebih terhubung dengan bayi Anda dan ini adalah hal yang baik untuk selalu dijaga.

http://www.tempo.co/gaya/
Read More...

Jika Yakin Benar, Jangan Goyah

 Jika Yakin Benar, Jangan Goyah

Direktur Sekolah Atletik Dave Hart memberi kita contoh yang baik mengapa kita tidak boleh membiarkan keraguan dan tekanan teman sebaya mempengaruhi keyakinan yang kita ketahui benar.
Ketika Hart masih di sekolah dasar, ia dipanggil untuk memberikan jawaban di kelas. Setelah itu, guru beralih ke siswa lain dan bertanya ke mereka apakah jawaban Hart benar. Beberapa teman sekelas Hart setuju dengan jawabannya, sementara yang lain tidak.
Akhirnya, sebuah diskusi berlanjut. Guru membuat argumen terhadap jawaban Hart. Untuk siswa yang mendukungnya, guru menyarankan agar lebih banyak berpikir lagi mengenai jawabannya. Satu per satu, semua siswa yang semula setuju dengan jawaban Hart, mengubahnya.
Guru kemudian meminta Hart jika ia ingin mengubah jawabannya. Hart menolak.
Guru memancingnya lebih lanjut. “Semua orang di kelas mengatakan kalau jawabanmu salah,” bantah Guru. Hart tetap tidak mau menyerah.
Guru mengejutkan siswa kelas itu ketika selanjutnya ia mengatakan kepada mereka, bahwa jawaban Hart pada kenyataannya adalah benar. Pelajaran yang bisa diambil jelas: Lebih baik berdiri bertahan ketika tahu kau benar dan jangan takut dengan pendapat umum.
Inilah pelajaran yang tidak pernah dilupakan Hart – dan keteguhannya itu ia tularkan kepada siswa dan atlet yang bekerja dengannya. Ia mengatakan,” Saya pikir salah satu hal terpenting yang dapat kita lakukan dalam melatih para pemimpin muda adalah memuji mereka dan mendorong mereka ketika mereka membuat keputusan sulit dan menunjukkan keberanian untuk tidak mengikuti orang banyak.” (Bits & Pieces)

http://intisari-online.com/
Read More...

Uang Mengubah Segalanya

 Uang Mengubah Segalanya

Ketika Rick Beyer berusia delapan tahun, ia menemani ibu dan neneknya berbelanja. Setelah itu, mereka berhenti di sebuah hotel mewah untuk makan siang. Beyer memesan steak, yang disajikan dengan kacang polong.
Beyer tidak suka kacang polong. Ia tidak pernah memakannya di setiap kesempatan atau di manapun mereka dilayani. Neneknya memperhatikan kalau ia menghindari kacang polong dan berkata, “Makanlah kacang polongmu.”
Ibunya menjawab, “Oh, biarkan saja. Ia tidak suka kacang polong.”
Namun neneknya tidak bisa membiarkan hal itu dan menawari sebuah kesepakatan, “Aku akan memberimu lima dolar jika kau makan semua kacang polongmu.”
Ibu Beyer benar-benar marah sekarang. Ia tidak pernah memaksa anaknya makan yang tidak ia sukai dan ia mungkin tidak menyukai campur tangan ibunya. Akan tetetapi untuk seorang anak kecil - yang tidak menyadari maksud orangtuanya - janji lima dolar melebihi keengganannya untuk makan sayuran tertentu. Beyer menerima suapan dari neneknya. Ia tersedak ketika menelan kacang polong hingga neneknya memelototinya, dan ibunya menatap mereka berdua.
Beberapa minggu kemudian, nenek Beyer mengunjungi anggota keluarga lain. Malam itu, ibu Beyer tetap menyajikan salah satu masakan favoritnya, yaitu roti daging dan kentang tumbuk. Ia juga menyediakan semangkuk besar kacang polong yang masih mengepul asapnya. Ia menyendok kacang polong ke dalam piringnya dan berkata, “Kemarin kamu memakannya untuk sejumlah uang. Sekarang, makanlah dengan cinta.” Kali ini tidak ada yang membela Beyer.
Moral dari cerita ini adalah: Jangan lakukan untuk uang, apa yang tidak kau lakukan dengan cinta. Tapi ada pelajaran lain yang sama pentingnya untuk dipelajari di sini dan itu adalah: Ibu selalu menang.
Hingga sekarang Beyer tetap bersumpah membenci kacang polong, tetapi ia tidak berani mengatakan apa-apa kepada ibunya ketika menyodorkan sepiring kacang polong. (A Plate of Peas)


http://intisari-online.com/

Read More...

Air Mata Ayahku


Ayahku tipe pendiam yang bisa diandalkan. Semasa aku menginjak dewasa, jarang sekali aku melihat Ayah marah atau meninggikan suara dalam perdebatan. Ia sering merasa tidak nyaman karena alergi yang diidapnya, tapi ia tidak pernah menumpahkan kekesalannya pada kami. Ia juga tak pernah menyampaikan perasaan sayangnya padaku, karena ia memang bukan tipe seperti itu. Ini sulit sekali bagiku yang sedang menginjak dewasa.
Aku ingat suatu kali aku menangis dan terus menangis. Akhirnya ibuku datang menghibur. Kemudian Ayahku menyampaikan pendapatnya. Kalau kau sengaja mencari perhatian supaya ada yang mengatakan “Aku sayang padamu”, kalimat itu jadi kehilangan makna dan tidak akan banyak menghibur.
Namun, jauh di dalam hati kecilku, aku yakin bahwa Ayah menyayangiku. Ia memang sulit didekati, tapi aku ingat, aku pernah menemukan cara untuk membuatnya sedikit membuka diri. Ia baru mau bicara lebih bebas saat aku bekerja bersamanya. Selama bertahun-tahun yang kulalui menjelang dewasa, tak pernah kulihat ia menangis.
Bertahun-tahun kemudian, anak laki-laki pertamaku lahir. Cucu pertama Ayahku. Anak itu dilahirkan pada jam-jam yang gelap dan dingin, saat badai salju tengah melanda.
Masih merasa lelah dan takut, aku menelepon orangtuaku. Berhubung badai masih mengamuk, mereka hanya bisa berjanji untuk “mencoba datang” keesokan harinya.
Aku dan suamiku masih berstatus pelajar dan sangat miskin. Kami tak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit, jadi aku hanya bisa tinggal sebentar di sana. Masih merasa lelah dan beku oleh gelombang emosi, perasaan bahagia dan putus asa yang berbaur jadi satu, aku ingin sekali tinggal lebih lama di rumah sakit.
Keesokan harinya, menjelang sore, teman sekamarku pergi berjalan-jalan, sekaligus untuk makan makanan kecil. Aku berbaring bersama bayiku yang tertidur. Aku mencoba tidur, tapi tak bisa. Aku terperanjat mendengar suara ketukan pelan. Perawat melongok ke dalam.
“Ini memang bukan jam berkunjung,” katanya,” tapi ada tamu istimewa untuk Anda.” Lalu ia pergi.
Ayahku berdiri di ambang pintu, tampak sangat canggung berada di situ. Ia membawa setangkai bunga anyelir biru dalam sebuah vas putih berpita biru. Kurasa ia membeli vas itu di toko hadiah di rumah sakit. Ia masih mengenakan mantel kerjanya yang lusuh dan kotor. Melihat tanah di tangan dan wajahnya, aku tahu bahwa ia datang langsung sesudah bekerja.
Ia menatapku malu-malu, sambil masuk perlahan-lahan ke dalam kamar. Mata kami bertemu.
Kulihat setitik air mata di matanya. Lalu air mata itu bergulir pelan di pipinya. Disusul setetes air mata lagi. Lalu setetes lagi.
Aku belum pernah melihat ayahku menangis – emosi tanpa kata itu sangat menggugah perasaan. “Mau melihat cucu Ayah?” tanyaku, berusaha menyembunyikan perasaan canggungku sendiri. Tapi tak ada gunanya. Mataku juga sudah penuh air mata.
Lalu kami sama-sama menangis, sementara ayahku dengan takut-takut melangkah semakin dekat dan menyodorkan bunga yang dibawanya padaku. Perlahan-lahan ia menjulurkan leher untuk melihat si bayi – sambil tetap menjaga jarak. Ia hanya sebentar menjengukku. Lalu ia pergi lagi.
Meski sedikit sekali kata-kata yang diucapkan pada kunjungan itu, kedatangan ayahku membuatku sangat tersentuh. Aku tahu, tanpa keraguan sedikit pun bahwa Ayah menyayangiku dan merasa bangga terhadapku. Air matanya senantiasa kukenang di hatiku. (Robin Clifton -  Chicken Soup for the Expectant Mother’s Soul)

http://intisari-online.com/
Read More...

Cerita Seorang Gadis Buta

Cerita Seorang Gadis Buta

Hati dan mata sering tidak seirama. Ketika mata tak bisa melihat, segala kebaikan orang akan berujung janji di hati. Akan tetapi, ketika mata sudah melihat, janji di hati tadi bisa diingkari. Seperti kisah berikut.

Ada seorang gadis buta yang membenci dirinya karena ia buta. Ia juga membenci setiap orang kecuali pacarnya. Sang pacar selalu berada di sisinya setiap saat. Oleh karenanya itu, sang gadis berkata bahwa jika ia bisa melihat dunia, ia akan menikahi sang pacar.
Suatu hari, seseorang mendonorkan sepasang mata untuk gadis itu. Kemudian ia pun bisa melihat dunia, termasuk sang pacar. Lalu pacarnya bertanya, "Sekarang, kamu sudah bisa melihat dunia. Maukah kamu menikah denganku?”
Gadis itu amat terguncang ketika melihat sang pacar ternyata buta juga. Ia pun menolak menikah dengan sang pacar. Dengan berlinang air mata, sang pacar pergi. Beberapa hari kemudian ia mengirim surat kepada mantan kekasihnya tadi dan berucap:
“Peliharalah mataku sayang.” (*)

http://intisari-online.com/

Read More...

Hidup Ibarat Kopi

Hidup Ibarat Kopi

Sekelompok alumni sebuah perguruan tinggi ternama, yang sekarang adalah para pimpinan perusahaan top, mengadakan sebuah nostalgia ke kampus mereka. Selain berkunjung ke kampus, mereka juga menemui profesor yang pernah menjadi guru mereka.
Dari senda gurau basa-basi, obrolan akhirnya mengerucut ke persoalan yang dihadapi sebagian besar dari mereka. Stres di tempat kerja dan juga di keluarga. Alih-alih menimpali keluhan para bekas muridnya, sang guru besar pergi ke dapur ruang kerjanya. "Saya bikinkan minuman dulu ya?"
Tak seberapa lama profesor pun keluar sembari membawa sebuah teko besar berisi kopi. Setelah meletakkan di meja tamu, ia kembali ke dapur. Kali ini ia membawa beragam cangkir yang lebih dari cukup untuk para tamunya. Gelas dan cangkir itu beragam bentuk. Ada yang bagus dan mahal, namun ada juga yang biasa dan bersahaja.
"Silakan ambil sendiri kopinya," kata profesor.
Ketika semua sudah memegang cangkir berisi kopi, profesor berkata, "Jika kalian perhatikan, semua cangkir yang terlihat mahal dan bagus kalian ambil. Menyisakan cangkir-cangkir biasa yang murahan. Adalah normal bagi kalian untuk menginginkan yang terbaik bagi diri kalian. Dan itulah sumber persoalan dan stres kalian. Padahal, apa yang kalian inginkan sebenarnya kopi, bukan cangkir. Namun dengan sadar kalian ingin cangkir yang bagus dan membutakan diri terhadap cangkir yang jelek.
"Sekarang pertimbangkan hal ini: hidup adalah kopi, dan pekerjaan, uang, serta kedudukan dalam masyarakat adalah cangkir. Mereka hanyalah alat untuk menampung hidup. Dan itu tidak mengubah kualitas hidup itu sendiri. Terkadang, dengan memusatkan pikiran pada hanya satu cangkir, kita gagal menikmati kopi yang telah Tuhan berikan."
Maka, jangan sampai cangkir menyetir Anda, namun nikmatilah kopi. (*)




http://intisari-online.com/
Read More...

Belajar dari Ratusan Kegagalan

Belajar dari Ratusan Kegagalan

Seorang yang sukses selain memiliki jiwa optimistis, juga hati yang tegar dan teguh. Ia bisa melihat gelas yang berisi separo sebagai sebuah kesempatan untuk berkembang. Di sisi lain ia juga berkeyakinan bahwa kegagalan yang beruntun merupakan kawah candradimuka untuk belajar lebih banyak.
Hal itulah yang ditunjukkan oleh Thomas Alva Edison, salah seorang penemu jempolan, melalui cerita berikut. Kita tahu Thomas Alfa Edison merupakan penemu bola lampu. Namun ia dikenal juga sebagai penemu gramafone dan kamera gambar bergerak. Ia memegang 1.093 paten di AS atas namanya. Hal ini menempatkan dia sebagai penemu paling produktif nomer empat sepanjang sejarah.
Namun, semua penemuan itu tak diperolehnya dengan kemudahan. Saat menemukan lampu pijar, ia telah mencoba 2.000 bahan yang berbeda hanya untuk menemukan filamen. Ketika ia belum menemukan bahan yang memuaskan, pembantunya selalu komplain. "Semua pekerjaan kita menjadi sia-sia. Kita tak mempelajari apa-apa darinya."
Apa jawab Edison?
Dengan percaya diri ia menukas, "Kita memang telah menghabiskan banyak waktu dan kita telah belajar banyak. Kita jadi tahu sekarang, ada 2.000 elemen yang tidak bisa kita gunakan sebagai salah satu bahan bola lampu."
Begitulah, cara pandang seseorang mempengaruhi kesuksesan. Bagaimana dengan Anda?


http://intisari-online.com/
Read More...