Seorang pengusaha kaya mengundang teman lamanya yang kini menjadi kepala desa di sebuah kampung untuk makan di restoran mewah.
Karena belum punya pengalaman ke kota sama sekali ia mengajak anaknya yang kebetulan kuliah di kota.
"Kamu harus temani Bapak makan direstoran mewah, biar gak malu-maluin. Gini-bini kan bapak kepala desa." katanya pada sang anak.
"Gampang Pak, ikutin aja semua gerak-geriknya," saran si anak.
Singkat cerita sang kepala desa dan akhirnya dijamu disebuah restoran mewah.
Selama di restoran sang kepala desa mengikuti gerak gerik temannya yang kini pengusaha kaya, mulai dari cara memegang sendok, memegang garpu, memakai pisau, meletakkan serbet dan semuanya.
Sang anak yang duduk di sebelah sesekali mengawasi, jaga-jaga kalau sang bapak melakukan kesalahan yang memalukan.
Mereka makan sambil berbincang santai.
Akhirnya makanan penutup pun datang, mereka mengakhiri dengan makan buah.
Selesai hidangan penutup, sang pengusaha kaya mengambil tusuk gigi dan menutup mulutnya dengan tangan lainnya.
Sang kepala desa juga mengikuti gerak gerik temannya, mengambil tusuk gigi dan menutup mulut dengan tangan lainnnya.
Akhirnya acara makan malam pun usai, sang bapak dan anaknya gembira karena berhasil melewati makan malam di restoran mewah tanpa melakukan hal-hal yang memalukan.
Di perjalanan pulang, sang anak bertanya pada bapaknya,
"Gimana Pak, makanan kota enak gak?"
"Wah semuanya enak, dari makanan pertama sampai buah-buahannya enak. Cuma yang terakhir itu lo. Yang dimakannya pakai tutup mulut. Rasanya kayak kayu. Digigitnya susah. Di telannya juga seret. Leher bapak masih gatal nih!"
Humor dan hikmah
Gengsi, itulah yang menyebabkan sang bapak akhirnya menjadi korban.
Karena gengsi ketahuan ini pengalaman pertama, karena gengsi bertanya, akhirnya sang kepala desa mengunyah dan menelan tusuk gigi yang sebenarnya hanya untuk membersihkan gigi.
Gengsi, kata sederhana yang bisa berbahaya.
Ada orang tua gengsi untuk minta maaf pada anaknya, sekalipun tahu dirinya salah.
Akibatnya sang anak belajar untuk menjadi seorang diktator kecil-kecilan dari orang tua.
Saya sendiri pernah melakukan kesalahan kepada anak, tapi kemudian minta maaf pada mereka, sekalipun masih kecil. We are human anyway!
Ada orang tua gengsi untuk belajar pada anaknya.
Padahal kalau kita mau belajar dari anak, selain menunjukkan kebesaran diri kita itu juga menumbuhkan kepercayaan diri pada anak.
Saya sendiri belajar dari anak-anak atau minta diajari sesuatu oleh anak. Kadang saya belajar gitar pada Adam, sering tanya terjemahan bahasa Inggris ke Salsa, kadang dicheck hapalan Quran oleh Adam, dan semua saya lakukan tanpa malu dan gengsi.
Ada juga guru yang gengsi kalau dikoreksi oleh muridnya.
Bahkan karena gengsi kadang ada guru yang lebih memilih untuk membiarkan informasi salah daripada memperbaikinya karena malu. Guru itu hanya yakin suatu saaat sang murid akan menemukan sendiri yang benar.
Padahal resikonya bisa fatal.
Santai saja katakan,
"Maaf kemarain Bapak/Ibu salah tentang.... sebenarnya....."
Mudah kan?
Ada juga atasan yang gengsi untuk mengatakan dirinya salah atau minta maaf pada bawahannya.
Bahkan mereka memilih untuk melimpahkan kealahannya pada bawahannya atas nama gengsi.
Yang paling bahaya kalau politisi, pejabat atau pemimpin gengsi untuk menyatakan kesalahannya pada rakyat.
Ia memilih untuk menghabiskan anggran negara untuk menutupi aibnya.
Ada juga gengsi lain yang berbahaya. Ketika kita beli barang hanya untuk mengimbangi barang milik orang lain. Kadang, gengsi yang seperti ini membuat orang mencari uang dengan menghalalkan segala cara agar punya barang mewah dan tidak malu di pergaulan.
Jangan gengsi!
Jangan gengsi untuk bertanya!
Jika melakukan hal pertama kali, jangan ragu-ragu bilang ini pertama kali, dan minta diajarkan caranya. Karena dengan demikian kita bisa melakukannya dengan benar. Entah itu ketika pertama kali mencoba bowling, tenis, drum, belajar menyetir, air soft gun, blackberry, iphone, komputer, dsb.
It is OK to be norak untuk pertama kali, karena itu wajar.
Orang yang kita lihat nyantai dan biasa-biasa saja melakuakan sesuatu, sebagian besar juga norak ketika melakukan hal pertama kali.
Jangan gengsi untuk minta maaf, karena manusia tempatnya salah. Minta maaf adalah ungkapan penyesalan dan minta maaf juga merupakan bentuk penghaagaan pada mereka yang benar.
Gengsi! Nampaknya kata ini harus hilang dari kamus Anda.
Gengsi tidak baik untuk diri sendiri dan bisa merusak orang lain.
Apakah Anda gengsian?
Jadi konsep berkorban untuk hal yang lebih besar, berlaku tidak hanya sebagai konsumen, sebagai peserta tapi juga sebagai penyelenggara.
Istilah lainnya
Berkorban sedikit untuk sesuatu yang lebih besar.
Bersakit sakit dahulu bersenang-senang kemudian.
Ibadah di dunia untuk kehidupan abadi di akhirat.
Membeli lebih mahal sedikit tapi awet
Semoga bermanfaat
From : Bisa! by Isa Alamsyah
Saudaraku,
Do’akanlah orangtuamu,
Berbuat baiklah pada mereka,
Sebelum kamu menyesalinya!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)