Apa yang Anda rasakan saat Anda berhadapan dengan kekerasan? Tentu saja Anda akan merasa kurang damai. Hidup Anda selalu diliputi ketegangan demi ketegangan.
Ada dua benda yang bersahabat karib, yaitu besi dan air. Besi sering berbangga akan dirinya. Ia sering menyombongkan dirinya kepada sahabatnya. Suatu hari, ia berkata, "Lihat ini aku. Kuat dan keras. Aku tidak seperti kamu yang lemah dan lunak."
Air hanya diam saja mendengar tingkah sahabatnya. Suatu hari, besi menantang air berlomba untuk menembus suatu gua dan mengatasi segala rintangan yang ada di sana. Aturannya, barang siapa dapat melewati gua itu dengan selamat tanpa terluka, maka ia dinyatakan menang. Besi dan air pun mulai berlomba.
Rintangan pertama mereka ialah mereka harus melalui penjaga gua, yaitu batu-batu yang keras dan tajam. Besi mulai menunjukkan kekuatannya. Ia menabrakkan dirinya ke batu-batuan itu. Tetapi karena kekerasannya, batu-batuan itu mulai runtuh menyerangnya. Akibatnya, besi pun banyak terluka di sana sini.
Air melakukan tugasnya, ia menetes sedikit demi sedikit untuk melawan bebatuan itu. Ia lembut mengikis bebatuan itu, sehingga bebatuan lainnya tidak terganggu dan tidak menyadarinya. Ia hanya melubangi seperlunya saja untuk lewat, tetapi tidak merusak lainnya. Skore air dan besi adalah 1:0 untuk rintangan ini.
Rintangan kedua mereka ialah mereka harus melalui berbagai celah sempit untuk tiba di dasar gua. Besi mengubah dirinya menjadi mata bor yang kuat. Ia mulai berputar untuk menembus celah-celah itu. Tetapi celah-celah itu ternyata cukup sulit untuk ditembus. Semakin keras ia berputar, memang celah itu semakin hancur. Tetapi ia pun semakin terluka.
Air dengan santainya merubah dirinya mengikuti bentuk celah-celah itu. Ia mengalir santai. Karena bentuknya yang bisa berubah, ia bisa dengan leluasa tanpa terluka mengalir melalui celah-celah itu. Ia tiba dengan cepat di dasar gua. Skore air dan besi menjadi 2:0
Besi pun menyerah kalah. Ia tidak bisa melanjutkan perlombaan. Kalau diteruskan pun, ia tetap kalah. Sejak itu, besi tidak merasa diri paling kuat. Ia tidak mau menyombongkan diri lagi.
Sahabat, setiap hari kita selalu bersentuhan dengan air. Kita tahu air mengalir dengan lembut dan tenang. Air memiliki peran untuk memberi kehidupan. Saat kita haus, kita butuh air untuk menghilangkan dahaga kita. Namun tidak hanya itu. Dengan air itu, kita mampu melanjutkan perjalanan hidup kita.
Orang beriman mesti belajar dari air. Orang beriman mesti menjadikan hidupnya seperti air. Kita hidup dengan semangat yang mengalir. Kita mengandalkan kelembutan hati dalam menjalin persahabatan dengan semua orang. Hanya dengan cara seperti itu, kita mampu membawa damai dalam hidup bersama.
Sebaliknya, kekerasan hati hanya menciptakan hidup yang jauh dari kasih sayang. Orang hanya mengandalkan kekerasan untuk menguasai yang lain. Orang tidak peduli bahwa manusia membutuhkan hidup yang penuh cinta kasih. Untuk itu, orang butuh waktu untuk berefleksi atas hidup ini.
Karena itu, mari kita berusaha hidup dengan mengandalkan hati yang lemah lembut dan penuh kasih. Dengan demikian, hidup ini menjadi suatu kesempatan untuk membahagiakan diri dan sesama.
from : http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/
Saudaraku,
Do’akanlah orangtuamu,
Berbuat baiklah pada mereka,
Sebelum kamu menyesalinya!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)