Yanti Kusmiati bertubuh pendek. Ia pemain bulutangkis. Ukuran tubuhnya sangat tidak ideal untuk seorang pemain bulutangkis. Itu kekurangannya. Tapi ia tidak kecil hati. Ia berlayih smash dengan serius. Setelah serius mendalami pukulan smash ukuran tubuhnya yang pendek justru menjadi kelebihannya. Ia menjadi 1 dari sedikit pemain bulutangkis yang apabila di-smash langsung balik men-smash.
Pada Piala Uber 1986 ia bersama pasangannya yaitu Verawaty Fajrin menjadi ganda putrid yang selalu menang termasuk mengalahkan ganda putrid dari tim juara yaitu Cina. Ia mengubah kekurangan menjadi kelebihan.
Louis Braille juga menciptakan huruf Braille ketika ia terserang kebutaan. Ketika buta ia tidak menyerah melainkan menjadi inspirasi untuk menciptakan alat Bantu untuk tuna netra. Setelah ia buta justru ia jadi bisa mengerti apa keinginan dan kebutuhan orang buta.
Salah seorang editor terbaik dalam sejarah persuratkabaran di AMerika yaitu Joseph Pulitzer adalah seorang tuna netra. Memang awalnya ia bukan tuna netra tetapi akhirnya terserang penyakit yang membuat penglihatannya hilang.
Apabila ada naskah masuk ke dia, dia minta dibacakan oleh sekretarisnya dan penulisnya hadir. Apabila naskahnya belum bagus ia berkata, “Buat aku bisa melihat dengan ceritamu!” Jadi naskah yang bisa membuat seorang tuna netra bisa “melihat” pasti akan membuat pembaca yang tidak hadir di tempat kejadian dan tidak melihat kejadiannya menjadi bisa “melihat”.
Akhirnya grup band itu mendisain dan membuat drum yang khusus untuk pemain bertangan 1. Def Leppard pun jalan terus dan menghasilkan banyak hits. Setiap ada konflik dan hampir bubar mereka memikirkan bagaimana kelak nasib drummer mereka yang bertangan 1 dan tidak jadi bubar. Mereka menganggap pertengkaran adalah hal kecil.
Ternyata drummer bertangan 1 yang tadinya dianggap titik lemah grup justru sekarang menjadi titik kekuatan yang menjadi sebab tidak bubarnya grup rock ini. Grup ini mengubah kekurangan menjadi kelebihan.
Muhammad Idris Syafii juga ketika menuntut ilmu ia mempunyai kekurangan yaitu miskin dan tidak mampu membeli buku, baik buku pelajaran ataupun buku tulis. Ia sering meminjam catatan temannya 1 malam lalu dihafalnya. Kesokan harinya ia kembalikan. Ia kalau mencatat pelajaran di batu. Sepulang menuntut ilmu ia menghafal pelajaran itu supaya tulisan di batu bisa dihapus untuk dipakai mencatat kembali esok harinya. Ternyata kebiasaan ini tidak sia-sia. Ternyata di kemudian hari ia terkenal sebagai salah seorang ilmuwan yang paling kuat hafalannya. Ia mengubah kekurangan menjadi kelebihan.
Sekarang apakah kita memilih menyerah dengan kekurangan dan kelemahan kita? Atau kita mau mengubah kekurangan menjadi kelebihan, kelemahan menjadi kekuatan?
From : Bisa! by Agung Pribadi