Kisah sejarah ini mungkin banyak yang tidak tahu.
Terjadi pada ada masa kerajaan Islam Mataram.
Adalah Trunojoyo, seorang pemimpin Islam Mataram asal Madura yang melakukan penolakan dan perlawanan terhadap penjajahan VOC Belanda atas Mataram.
Trunojoyo hampir selalu memenangkan perang di berbagai front melawan Belanda. Pampasan Perang yang diperolehnya di beberapa tempat pasca kemenangan, digunakan untuk mempercanggih senjata dan memperkuat pasukan.
Sampai akhirnya Trunojoyo dan pasukannya mengepung sebuah benteng Belanda dekat Surakarta. Tentara Belanda karena sudah tidak sangup menghadapi pasukan Trunojoyo akhirnya mengurung diri di Benteng. Belanda lalu menggunakan taktik yang sangat jarang sekali digunakan; menembakkan banyak sekali meriam dan peluru-pelurunya. Tetapi lain dari biasanya, peluru yang ditembakkan kali ini bukanlah peluru mesiu melainkan pundit-pundi berisi uang emas dan perak.
Melihat uang bertebaran di mana-mana pasukan Trunojoyo tak mampu mengendalikan diri. Sebagian besar pasukan berebut memunguti uang-uang yang bertebaran. Kelengahan ini lalu dimanfaatkan Belanda. Pundi-pundi uang emas dan perak diganti dengan peluru sesungguhnya oleh Belanda. Pasukan Trunojoyopun luluh-lantak karenanya.
Kenapa pasukan Trunojoyo akhirnya kalah?
Karena pada akhirnya mereka tidak fokus pada tujuan dan kehilangan disiplin.
Tujuan awal mereka untuk mengusir panjajah jadi terpecah karena takut kehilangan peluang mendapatkan emas.
Mereka akhirnya kalah akibat focus dan konsentrasi mereka terpecah pada godaan-godaan sesaat. Hal serupa terjadi pada Perang Uhud.
Terpecahnya Konsentrasi pernah terjadi pada Klub Bayer Leverkusen dari Jerman pada tahun 2002. Mereka mempunyai peluang mendapatkan tiga gelar dalam 1 musim. Tahun itu Bayer masuk di 2 final kejuaraan yang diikutinya yaitu Liga Champion dan Piala Jerman. Selain itu juga tinggal menjalani 1 laga terakhir di kompetisi Bundesliga. Bayer tidak fokus pada pertandingan, gagal menentukan prioritas, akibatnya Bayer kalah di 3 pertandingan itu dan tidak mengantongi 1 gelarpun sehingga dijuluki BAYER NEVERKUSEN.
Terpecahnya konsentrasi juga pernah terjadi pada Maestro bulutangkis kita Rudi Hartono pada tahun 1975. Pada tahun itu konsentrasi Rudi terpecah pada kejuaraan Denmark Terbuka dan beberapa hari sesudahnya All England. Rudi sudah habis-habisan pada Denmark Terbuka sehingga ketika di Final All England 1975 kalah dari lawan yang ia kalahkan beberapa hari sebelumnya di Denmark Terbuka yaitu Svend Pri. Padahal seandainya Rudi fokus pada All England mungkin rekornya akan lebih sulit dipecahkan. (Rudi Hartono s.d tahun 1974 memegang rekor 7 x berturut-turut tidak terkalahkan di All England, lalu tahun 1976 kembali menjuarai All England, seandainya tahun 1975 ia fokus di All England mungkin ia mendapatkan 9x menang All England berturut-turut, sangat sulit dipecahkan, walaupun sampai sekarang juga belum terpecahkan).
Apa hikmahnya?
Kalau kita sudah menetapkan tujuan kita, fokus dan konsentrasilah pada tujuan itu. Jangan tergoda, jangan pula disorientasi.
Orang tua bekerja untuk menyekolahkan anak, memberi pendidikan terbaik, ujung-ujungnya untuk kebahagiaan anak dan keluarga.
Tapi seringkali orang tua membawa pulang kerjaaan dan malah memarahi anak kalau mengganggu kita bekerja. Padahal mereka hanya minta main sebentar. Kita sudah disorientasi dengan tujuan.
Kalau sudah menetapkan ingin lulus kuliah ya jangan terganggu pada godaan-godaan lain. Jangan habiskan waktu berleha leha atau dugem.
Kalau sudah menetapkan tujuan untuk sukses ya jangan terganggu dengan omongan orang, orang yang iri, orang yang memfitnah, orang yang melarang dan lain sebagainya. Fokuslah pada tujuan akhir.
Seseorang pengusaha atau pejabat yang ingin sukses pun bisa hancur ketika fokus dan konsentrasi mereka terpecah akibat godaan syahwat, narkoba, judi, ataupun korupsi. Padahal itu hanyalah godaan sesaat.
Bagaimana dengan Anda?
Apakah Anda fokus? Tidak disorientasi?
From : Bisa! by Agung Pribadi, SS
Saudaraku,
Do’akanlah orangtuamu,
Berbuat baiklah pada mereka,
Sebelum kamu menyesalinya!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)