Pasangan Ganda Putra Indonesia Tjun tjun/ Johan Wahyudi pada malam sebelum final bersantai-santai dan ngobrol sampai larut malam.
Seharusnya pemain bulutangkis, malam sebelum pertandingan harus tidur cepat supaya keesokan harinya segar dan bisa memenangkan pertandingan.
Mengapa Tjun Tjun / Johan Wahyudi santai-santai pada malam itu?
Karena lawan mereka di pertandingan esoknya adalah Kartono / Heryanto Junior mereka di pelatnas. Mereka yakin bahwa Kartono/Heryanto akan mengalah pada pertandingan esok.
Kenapa mereka yakin lawan mereka yang juga bangsa Indonesia akan mengalah?
Karena jika Tjun tjun/Johan Wahyudi menang, maka pasangan ganda ini akan mencatatkan rekor merebut juara All England selama 7 kali. Sebelumnya mereka sudah mendapat 6 kali. Jika dapat 7 kali maka semakin berat rekor dipecahkan semakain lama harum nama Indonesia. Mungikin begitu pikir mereka.
Di luar dugaan pada pertandingan final itu Kartono/ Heryanto bermain habis-habisan melawan Tjuntjun / Johan Wahyudi . Akhirnya pasangan juara bertahan itu kalah oleh junior mereka karena kelelahan karena kurang tidur.
Indonesia pun tidak jadi mempunyai ganda putra yang memegang rekor 7 kali juara All England (walaupun rekor juara 6 kali ganda putra sampai sekarang juga belum terpecahkan).
Itulah akibat menggantungkan kesuksesan pada orang lain.
Apa hikmahnya?
Seringkali kita menggantungkan kesuksesan kita pada orang lain, pada lembaga lain, pada komunitas, bukan pada diri sendiri.
Kita tidak berpikir, 'kalau bukan saya lalu siapa?'
Tapi kita berpikir "pasti akan ada yang mengerjakannya untuk kita'.
Pelajar yang mempunyai mental pemenang akan mempelajari sebanyak mungkin dan berusaha mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk bisa menaklukkan semua soal ujian yang mungkin ada. Apapaun soalnya, saya siap!
Pelajar yang mempunyai mental pecundang, akan berharap keberuntungan. Semoga saja soal yang keluar mudah atau setidaknya soal yang keluar sesuai dengan yang dipelajarinya. Mereka mengandalkan kemurahatian guru agar dapat nilai bagus. Mengandalkan keuntungan.
Pekerja yang mempunyai mental pemenang akan berusaha sebaik mungkin untuk naik karirnya atau naik gajinya. Mereka dipilih karena berprestasi.
Pekerja yang mempunyai mental pecundang hanya menunggu, kalau gaji naik bagus, gak naik gak apa. Masa sih bos gak pengertian? pikir mereka.
Kalau mau gaji naik, buktikan bahwa kita layak, kalau tetap tidak dibayar layak, buktikan bahwa ada perusahaan lain yang mau bayar layak. Jadi kita yang menentukan nasib kita, jangan berharap orang lain yang melakukannya untuk kita.
Pengusaha yang mau jadi pemenang, harus berusaha sendiri melipatgandakan penghasilannya. Jangan terlalu menyalahkan peraturan, birokrasi dsb. Memang sering menghambat, tapi kalau belum bisa merubah pilihannya mencari jalan terbaik dengan segala kekurangan yang ada.
Orang tua yang mempunyai mental pemenang akan memegang penuh tanggung jawab kesuksesan anak-anaknya.
Karena kita yang memegang amanah.
Jangan salahkan sekolah atau lingkungan sebagai pengaruh buruknya.
Kalau memang buruk kenapa kita suruh anak kita sekolah di sana?
Guru-gurunya terlalu menekan! Kalau memang begitu protes saja ke sekolah.
Karena akhirnya anak kita juga yang menjadi korban jadi kita harus turun tangan mengawasinya.
Kalau yang salah kurikulumnya, ya para orang tua harus protes bersama-sama.
Intinya, kita yang bertanggung jawab atas nasib sendiri, jangan menunggu orang lain melakukan sesuatu untuk kita, jangan terlalu sibuk mencari siapa yang disalahkan, tapi apa yang bisa dilakukan.
Semoga bermanfaat
From : Bisa! by Agung Pribadi
Saudaraku,
Do’akanlah orangtuamu,
Berbuat baiklah pada mereka,
Sebelum kamu menyesalinya!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)