Blogroll

About canszzinspiration

Manual Description Here: Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis.

Recent Post

Saudaraku, Do’akanlah orangtuamu, Berbuat baiklah pada mereka, Sebelum kamu menyesalinya!

Pentingnya Membangun Lingkungan Berkarakter

Pentingnya Membangun Lingkungan Berkarakter
Pentingnya Membangun Lingkungan Berkarakter

Kita harus berperilaku dengan cara yang memungkinkan kita berkata kepada semua orang,
“Berperilakulah seperti aku”

Banyak sekali email yang masuk dan bertanya apa kunci sukses Pendidikan Karakter. Nah, Kali ini kita akan membahas tentang kunci tersebut, kita akan bahas pentingnya sebuah lingkungan yang berkarakter bagi keberhasilan Pendidikan Karakter. Setujukah anda, bahwa untuk mencapai Pendidikan Karakter yang bermutu dan maksimal, dimulai dengan membangun sebuah lingkungan yang berkarakter?
Baiklah, sebelum kita ulas, saya pernah mendengar sebuah pepatah kuno mengatakan: apabila kita berteman dengan penjual minyak wangi, maka kita akan ikut wangi. Sedangkan berteman dengan penjual ikan, maka kita akan ikut amis. Marilah kita renungkan sejenak. Sebenarnya ungkapan tersebut sangat sesuai menggambarkan peran lingkungan dalam kehidupan kita. Lingkungan sangat menentukan proses pembentukan karakter diri seseorang. Lingkungan yang positif bisa membentuk kita menjadi pribadi berkarakter positif, sebaliknya lingkungan yang negatif dan tidak sehat bisa membentuk pribadi yang negatif pula. Lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam membangun karakter-karakter individu yang ada di dalamnya.

Seorang anak kecil yang terbiasa berkata kotor, tentu saja ia meniru dari sekitarnya. Anda tidak perlu jauh-jauh mencari penyebab anak tersebut suka berkata kotor. Tentu saja itu adalah hasil meniru dari lingkungannya. Untuk mengatasinya, lebih baik anda mengatasi dari sumber masalahnya. Untuk menanggulangi penyakit, jangannya anda menunggu salah satu anggota keluarga anda sakit lantas mengobatinya. Bukankah lebih baik anda mulai mengatur pola hidup sehat, sehingga penyakit tidak akan menyerang dan menjangkiti anda. Inilah yang saya maksud dengan mengatasi persoalan dari sumbernya.
Lalu, apakah sumber masalah anak kita berkata kotor? Saya yakin, anda pasti akan memerintah anak anda untuk berhenti berkata kotor, lalu kalau anak anda kembali mengulang dan tidak patuh dengan perintah anda, anda akan memukulnya. Namun, anak anda justru semakin menjadi-jadi karena ia merasa tidak diberi hak untuk mengatur dirinya sendiri. Anda tidak akan mudah meminta si anak yang terbiasa berkata kotor itu untuk berhenti berkata, sementara orang lain juga melakukan yang sama. Untuk itu, titik pemecahannya adalah dengan menciptakan lingkungan yang sehat bagi anak-anak dan individu yang tinggal di dalamnya.
Lingkungan yang berkarakter sangatlah penting bagi perkembangan individu. Lingkungan yang berkarakter adalah lingkungan yang mendukung terciptanya perwujudan nilai-nilai karakter dalam kehidupan, sepeti karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, kemandirian dan tanggung jawab, kejujuran / amanah, diplomatis, hormat dan santun, dermawan, suka tolong-menolong, gotong royong / kerjasama dan lain-lain. Karakter tersebut tidak hanya pada tahap pengenalan dan pemahaman saja, namun menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
Barangkali dalam benak anda terbayang betapa susahnya membentuk lingkungan yang berkarakter. Semua itu harus dimulai dari diri sendiri yang selanjutnya diteruskan dalam lingkungan keluarga. Diri sendiri harus dibenahi terlebih dahulu sebelum membenahi orang lain. Biasakan membangun pola pikir positif, melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik, membangun karakter diri yang pantang menyerah dan seterusnya. Dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga kita biasakan menerapkan nilai-nilai tersebut. Misalnya, terbiasa jujur dan terbuka pada anak, memberi kesempatan anak berpendapat dalam memutuskan bahan dekorasi rumah, mengajak anak berunding tentang tempat les sekolah, dan mengajak anak untuk ikut berbagi peran dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Hal itu bagian dari proses membangun karakter anak. Salinglah tolong-menolong sesama anggota keluarga. Biasakan anak mengeksplor dirinya. Memberi kesempatan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya. Itu merupakan proses demokrasi dalam keluarga.
Kebiaasaan-kebiasaan positif semacam itu pada akhirnya akan diteruskan oleh si anak pada lingkungan sosial yang lebih besar, yakni di sekolah dan masyarakat. Keluarga adalah institusi pertama tempat anak membangun karakternya. Kita sebagai orang tua hendaknya menerapkan pola asuh dan pendidikan yang sehat dan baik dalam keluarga. Dengan begitu, anak-anak kita yang telah tertanam kepribadiannya akan menjadi pribadi yang menyebarkan karakter positif pada lingkungan. Di sekolah, pendidikan karakter juga hendaknya diwujudkan dalam setiap proses pembelajaran, seperti pada metode pembelajaran, muatan kurikulum, penilaian dan lain-lain.
Pernahkah anda memberi kesempatan pada anak anda meluangkan waktu untuk bermain? Atau mendorong anak anda untuk menekuni bakat dan minat yang dimilikinya. Sebenarnya kesempatan bergaul dengan sebaya merupakan proses pengembangan karakter anak. Dengan bergaul, anak akan belajar memahami dirinya dan orang lain. Dengan demikian ia akan belajar bagaimana membangun hubungan dengan orang dan lingkungannya.

Di lingkungan sekolah sebenarnya anak didik memiliki wadah untuk mengembangkan diri dan membangun karakter diri melalui kegiatan ekstrakulikuler. Pendidikan ekstrakulikuler merupakan media untuk membangun rasa tanggung jawab, kemampuan bersosialisasi dan interaksi, toleransi, bekerjasama dan lain-lain.
Namun, seiring dengan tuntutan sekolah dengan berbagai mata pelajaran dan pelatihan untuk Ujian Nasional telah menyita waktu untuk mengembangkan diri mereka. Apakah anda termasuk orangtua yang hanya mendorong anak untuk terus belajar dan mengabaikan minat dan hobi yang dimilikinya? Jika iya, cepat-cepatlah merubah cara pandang anda dan beri kesempatan anak untuk membagi waktu belajar dan bermain.
Kenyataan bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan oleh prestasi sekolah hendaknya kita sadari. Benar adanya bahwa kemampuan menjalin hubungan dan kecerdasan emosional sebagian besar menentukan proses pengembangan diri dan meraih keberhasilan.
Jika memang demikian, marilah kita ciptakan lingkungan yang berkarakter. Sehingga, putra-putri kita kelak akan menjadi generasi berkarakter yang tidak pantang menyerah ketika menghadapi tantangn dalam hidupnya. Dan mereka akan selalu optimis dalam meraih kesuksesan dengan bekal nilai-nilai yang telah tertanam dalam lingkungan yang berkarakter tersebut.

Read More...

12 Cara Mendidik Sopan Santun Pada Anak

12 Cara Mendidik Sopan Santun Pada Anak
12 Cara Mendidik Sopan Santun Pada Anak

Tingkat kecerdasan seseorang tidak menjamin terbentuknya karakter yang baik. Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa dewasa ini sikap sopan santun pada anak-anak berkurang drastis. Meskipun pelajaran tentang sopan santun telah diterapkan di sekolah, tetapi sepertinya sopan santun kini adalah sesuatu yang mahal. Pendidikan sopan santun yang paling utama berasal dari keluarga, dan kita tidak dapat menyalahkan sekolah atau pihak lain, apabila anak kita kurang memiliki sopan santun dalam bersikap. Karena sopan santun adalah suatu kebiasaan yang dibentuk dalam waktu yang lama.
Sebenarnya tidak pernah ada kata terlambat dalam mengajarkan sopan santun kepada anak, karena yang paling penting dalam mengajarkan anak sopan santun adalah teladan diri anda sendiri sebagai orangtua. Dengan kata lain, anak anda tidak akan menganggap serius hal ini, apabila anda sendiri tidak dapat memberikan contoh yang baik. Lantas, bagaimana cara mengajarkan sikap sopan santun yang benar pada anak? Berikut ini ada 12 cara untuk mendidik sopan santun pada anak.
1. Sejak Usia Dini
Kapan sebaiknya mengajarkan sopan santun ini dimulai? Sejak anak berusia 1-3 tahun sudah bisa dimulai dan dibiasakan untuk belajar sopan santun. Anda bisa mengenalkan sopan santun kepada anak mulai dari hal yang sederhana, seperti memberi salam, meminta izin, dan sebagainya. Dalam mengajarkan sopan santun janganlah menunggu ketika anak sudah besar, atau menyerahkan hal ini sepenuhnya kepada pihak sekolah, karena mengajarkan sopan santun adalah kewajiban orangtua sepenuhnya.
2. Jadilah Role Model
Cara mengajarkan sopan santun yang paling efektif adalah dengan memberikan contoh dan teladan yang baik kepada anak secara konsisten. Pembentukan perilaku anak sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Dengan melihat contoh perilaku orangtuanya sehari-hari, maka anak akan belajar bersikap sopan santun dengan sendirinya. Jadi mulailah bersikap sopan santun dan menjadi teladan bagi anak anda, karena cara terbaik untuk mengajarkan sopan santun adalah melalui contoh, bukan sekedar memberi nasehat.
3. Mulai Dari Hal Sederhana
Ingin menciptakan dunia yang lebih baik? Mulailah mengajarkan sopan santun dari hal-hal sederhana. Dalam bersikap sopan santun, ajarkan anak untuk terbiasa dengan empat kata penting, yaitu permisi, tolong, maaf, dan terima kasih. Biasakan anak untuk mengatakan “Permisi” ketika meminta izin, ingatkan anak untu mengatakan “Tolong” ketika meminta sesuatu, ajarkan anak untuk mengatakan “Maaf” ketika melakukan kesalahan, dan biasakan anak untuk mengatakan “Terima Kasih” ketika orang lain melakukan kebaikan untuk dirinya.
4. Lakukan Dengan Konsisten
Mengajarkan sopan santun adalah suatu proses. Mungkin anak anda masih sering lupa bagaimana harus bersikap baik, tetapi sebagai orangtua jangan pernah lelah untuk mengingatkan mereka. Dan apabila anak anda bertindak tidak sopan, janganlah terlalu mudah memaklumi sikap mereka, karena hal ini justru akan membuat anda terlihat tidak konsisten di mata anak.
5. Berikan Pujian
Ketika anak bersikap baik dan sopan, berikan mereka pujian atau hadiah berupa makanan atau minuman kesukaannya. Ada baiknya jika pujian tidak diberikan terlalu berlebihan, karena hal itu hanya akan membuat anak berlaku sopan untuk mendapat pujian. Pada prinsipnya, jika anak tidak tahu maka beritahulah mereka, jika anak sudah tahu dan melanggar maka tegurlah mereka, jika anak sudah tahu dan berubah maka pujilah mereka.
6. Serius Dengan Hal Ini
Ketika anak berbuat salah atau kurang sopan, jangan pernah dijadikan bahan untuk bercanda. Karena hal ini justru akan membuat anak sulit untuk memahami dan mengerti arti sopan santun yang sebenarnya. Dengan menjadikannya sebagai bahan lelucon, anak akan menganggap perbuatannya adalah hal yang lucu. Sebaiknya ingatkan anak dengan lembut ketika mereka berbuat salah.
7. Perhatian Pada Anak
Sesibuk apapun kondisi anda di rumah cobalah untuk memberikan perhatian dan respon atas perilakunya. Karena seringkali anak akan melakukan tindakan-tindakan yang dinilai kurang sopan hanya untuk menarik perhatian orangtuanya.
8. Bermain Role Play
Ajak anak anda untuk bermain peran, karena anak biasanya suka sekali bermain peran dengan temannya. Melalui kesempatan ini cobalah untuk melatih sikap sopan santun anak anda. Ketika mereka bersikap sopan dalam peran yang dimainkannya, pujilah sikap tersebut dan tunjukkan bahwa anda sangat menghargainya. Ajarkan pula bagaimana cara anak menyapa orang, dan bersikap kepada orang yang lebih tua.
9. Melalui Cerita dan Dongeng
Ada dua hal yang biasanya sangat disukai oleh anak, yaitu musik dan cerita. Ambilah kesempatan ini untuk menceritakan dongeng kepada anak saat menjelang tidur, pilihlah kisah yang menarik dari buku atau dongeng dan tambahkan dengan imajinasi anda, kemudian ceritakan sambil memasukkan nilai-nilai sopan santun kepada anak.
10. Kenalkan Dengan Agama
Pendidikan agama yang baik akan membantu memunculkan perilaku yang baik dan santun. Bagaimanapun agama adalah salah satu pilar yang sangat penting bagi manusia. Kenalkan anak dengan agama sejak usia dini, karena nilai-nilai moral yang diajarkan dalam agama sangat penting untuk menumbuhkan kedewasaan dan pembentukan karakternya ketika ia besar nanti.
11. Peluk Dalam Doa
Doa adalah salah satu bentuk keyakinan orangtua terhadap anaknya. Ketika anak anda tumbuh semakin dewasa, anda tidak bisa mengawasinya selama 24 jam sehari, dengan siapa anak bergaul, dan apa saja yang mempengaruhinya. Karena itu peluklah selalu anak anda dalam doa, dan doakan mereka agar tumbuh menjadi pribadi yang baik.
12. Butuh Proses
Mengajarkan sopan santun kepada anak membutuhkan kesabaran, karena ini merupakan sebuah proses dan mungkin membutuhkan waktu yang lama. Jika sopan santun belum terbentuk dalam perilaku anak, tunggulah dengan sabar dan tunjukan sikap yang baik, agar dibenaknya tertanam bahwa belajar sopan santun adalah suatu proses yang menyenangkan. Ingat, mengajarkan sopan santun tidak dapat dilakukan secara instan, karena ini adalah proses pembiasaan.
Sopan santun adalah sebuah etika yang harus kita miliki ketika hidup di lingkungan sosial. Mengingat sopan santun adalah hasil didikan dari orangtua dan bukan bawaan sejak lahir, maka sebaiknya mengajarkan sopan santun dilakukan sejak anak usia dini. Dan yang paling penting, ingatlah untuk selalu mengajarkan sikap sopan santun kepada anak dengan penuh cinta kasih, kesabaran, teladan, dan disertai dengan doa. Karena itu akan menjadi bekalnya kelak ketika anak tumbuh dewasa.
Semoga bermanfaat.


Read More...

Hindari 5 Ucapan Ini Dalam Mendidik Anak

Hindari 5 Ucapan Ini Dalam Mendidik Anak
Hindari 5 Ucapan Ini Dalam Mendidik Anak

Apa yang sering diucapkan oleh orangtua sangatlah penting bagi anak, karena hal itu nantinya bisa membentuk kehidupan dan masa depan anak. Sayangnya hal ini tidak banyak diketahui oleh orangtua. Seringkali orangtua merasa cemas dan frustasi karena ada banyak hal yang dikhawatirkan terhadap anaknya, seperti nilai akademis, pergaulan, lingkungan sosial, dan tuntutan hidup. Sehingga kecemasan dalam diri orangtua ini berdampak pada pola komunikasi terhadap anaknya.
Sebuah penelitian menemukan bahwa bahasa mempunyai pengaruh yang besar ketika kita berkomunikasi dengan orang lain. Dan cara berkomunikasi yang baik dapat memberikan dampak positif pada hubungan orangtua dan anak untuk jangka waktu yang panjang. Begitu pula dengan ucapan negatif, juga akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Maka dari itu gunakanlah selalu bahasa yang baik ketika mendidik anak. Berikut ini ada beberapa ucapan yang sebaiknya anda hindari ketika mendidik anda.
1. Begitu saja tidak bisa!
Ini adalah bentuk ucapan yang mewakili rasa frustasi orangtua terhadap anaknya. Seringkali ucapan seperti inilah yang menbuat mental anak jatuh, sehingga sulit untuk membuatnya memiliki prestasi tinggi. Apa yang dirasakan anak pada saat orangtuanya berucap seperti ini? Anak akan merasa tidak mampu dan tidak berdaya. Lalu apa yang sebaiknya dilakukan. Hentikan semuanya, termasuk proses belajar. Silahkan ambil waktu dan beristirahatlah sejenak, tenangkan emosi anda, biarkan anak melepas ketegangan. Sambil anda beristirahat sejenak, pikirkan dengan kreatif pendekatan baru yang dapat membantu anak anda belajar. Kemudian masuklah kembali ke ruang belajar dengan kondisi yang lebih rileks dan tenang, bangkitkan semangat dan rasa percaya diri anak dengan penuh kasih sayang.
2. Kamu ditinggal saja ya!
Ucapan ini lazim dan banyak digunakan orangtua untuk mengancam anaknya, apakah ini baik? Tergantung kondisinya, ketika berada di rumah bisa jadi merupakan hal yang baik, karena anda sedang mengajarkan tepat waktu dan disiplin. Tetapi ketika berada di pertokoan umumnya hal seperti ini tidak akan terjadi, dan anak akan belajar bahwa orangtua mereka hanya memberikan ancaman kosong. Karena itu sebaiknya jangan pernah mengatakan kepada anak bahwa anda akan meninggalkan mereka. Solusi mudahnya adalah buatlah rencana perjalanan sebelum anda berangkat dari rumah.
3. Jangan manja, kamu kan sudah besar!
Ada beda antara anak yang merasa tidak mampu dengan anak yang manja. Sebaiknya anda tahu betul anak anda sedang malas, manja, atau memang tidak mampu dan membutuhkan bantuan anda. Sangat bisa dipahami, bahwa kemandirian dibutuhkan agar anak bisa tumbuh dengan baik, tetapi untuk mengajarkan kemandirian kepada anak sebaiknya orangtua perlu mengamati terlebih dahulu, apakah anak sudah mampu atau belum mampu. Ucapan seperti ini bisa membuat anak tidak datang kepada orangtuanya ketika ada masalah, dan anak akan mencari orang lain untuk mendapatkan bantuan. Hal ini akan membuat anak enggan untuk berkomunikasi lebih lanjut. Sekarang ini banyak anak yang merasa bahwa orangtua bukanlah solusi bagi mereka, semoga ini bukan anda. Karena akan sangat berbahaya jika anak mencari solusi dari luar yang belum tentu baik.
4. Minta maaf sana!
Ada banyak ucapan serupa yang tujuannya ingin mengajarkan sopan santun, tata krama, dan etika dalam hidup. Perbuatan baik akan diterima baik jika diberikan dengan contoh, bukan arahan semata. Coba bayangkan, lebih mudah mana bagi anak untuk berubah menjadi lebih baik, dengan hanya menerima perintah atau melihat contoh? Ketika anda memaksa anak untuk meminta maaf, anda tidak mengajarkan mereka kemampuan sosial. Maka dari itu, akan lebih baik jika anda memberikan contoh untuk memperkuat perilaku tersebut. Dan yang paling penting, katakanlah dengan lembut bukan ancaman.
5. Kamu bicara apa sih!
Anak kecil, terutama dengan tipe kepribadian sanguin, akan sangat senang bercerita tentang banyak hal yang terjadi dalam kehidupannya. Mungkin bagi orangtua, banyak cerita dari mereka sebenarnya adalah cerita biasa saja, dan cenderung tidak penting. Seringkali karena kesibukan dan rutinitas, banyak orangtua yang tidak peduli dalam sikapnya. Ucapan seperti ini adalah salah satu ungkapan ketidak pedulian orangtua. Bagaimana jika hal seperti ini masih berlangsung dan sering terjadi? Apa yang akan terjadi pada diri anak? Anak akan tumbuh sambil membawa pesan bagi dirinya, bahwa dia bukan orang penting. Tidak ada rasa percaya diri yang baik dalam dirinya, mereka akan merasa terabaikan dan tertolak. Dan ketika dewasa, mereka akan mencari perhatian dengan cara yang salah, membual, dan cenderung menyenangkan orang lain agar diterima.
Sebenarnya tidak ada orangtua yang sempurna, karena itu apabila anda mengucapkan hal-hal ini secara tidak sengaja, segeralah minta maaf pada mereka. Semoga dengan ini anda mendapat gambaran yang lebih besar, tentang ucapan-ucapan yang kurang mempedulikan anak.
Semoga bermanfaat.

Read More...

Cara Jitu Menumbuhkan Semangat Belajar Pada Anak

Cara Jitu Menumbuhkan Semangat Belajar Pada Anak
Cara Jitu Menumbuhkan Semangat Belajar Pada Anak

Nah, ini adalah tema yang sering ditunggu-tunggu oleh orangtua dan juga sering banyak dikeluhkan orangtua. “Kenapa anak saya tidak senang belajar, bermain saja seharian”, keluh seorang Ibu yang hadir di seminar saya. Para pembaca, percayakah anda bahwa kehidupan sejati kita manusia adalah seorang pembelajar? Tetapi kita sering memberikan perlakuan yang tidak menyenangkan saat anak belajar (secara tidak sadar) bahkan dulu kita pun mungkin diberikan stimulasi yang salah sehingga belajar itu tidak menyenangkan.
Misalnya, saat anak kita bayi dan berumur 1 tahun. Dia ingin memasukan semua barang yang dapat ia pegang ke dalam mulutnya, benar? Nah, yang kebanyakan orang lakukan saat itu adalah berkata “eh.. itu kotor, tidak boleh” sambil menarik barang tersebut. Sebenarnya ini adalah perilaku dasar pada saat seorang anak belajar. Kemudian saat dia mulai bisa berjalan, mulai ingin tahu lebih banyak tentang lingkungan sekitar, semakin banyak larangan yang dikeluarkan oleh orangtua ataupun pengasuh. Mungkin karena lelah menjaga anak seharian, sehingga banyak larangan yang dikeluarkan. Padahal ini adalah keinginan mereka untuk tahu (belajar) lebih banyak, mengisi database di otaknya yang masih kosong dan perlu di isi.
Saat mulai bisa berbicara, bertanya ini dan itu. “Ini apa? Kenapa?” Jawaban yang diterima “Lha tadi sudah tanya, sekarang tanya lagi, dasar cerewet” mungkin saat itu pengasuh dan orangtua sedang lelah juga saat menjaganya sehingga malas dan capek untuk memberikan penjelasan dan ini adalah proses belajar seorang anak. Ada barang baru di rumah dan anak ingin memegangnya atau mengetahui lebih dekat, maka kita orangtua dan pengasuhnya menjauhkan barang tersebut darinya, dengan dalih nanti rusak karena barang mahal.
Dari sepenggal contoh diatas dimana ini adalah pengalaman nyata dari saya dan beberapa klien, siapakah yang membuat anak menjadi malas belajar?

Berikutnya ada seorang anak berusia 8 tahun, sebut saja Aji. Orangtuanya sangat mengeluhkan, bahwa anaknya tidak suka belajar dan sudah mendapat peringatan dari gurunya jika tidak ada perubahan sikap maka kemungkinan besar Aji tidak naik kelas. Saat bertemu, saya yakin Aji adalah anak yang luar biasa. Sesaat saya bertanya tentang hobi dan kesukaannya saat bermain, dengan cepat saya mengetahui anak ini luar biasa. Sebab setelah saya tanya tentang hobinya ternyata sepak bola, dan tim kegemarannya adalah Arsenal (Liga Inggris). Dan Aji hafal seluruh pemain inti dan cadangan Arsenal, berikut pelatih dan asistennya serta nomor punggung pemain, tanggal ulang tahun pemain serta daftar pencetak goal dan assist (pemberi umpan) dan point klasemen liga dan urutannya. Luar biasa!! Dalam hati saya, tidak ada yang salah sama hardware (otaknya), tetapi masalahnya adalah software.
Satu orang anak yang sama, otaknya kalau dibuat belajar pelajaran di sekolah tidak berfungsi (berhitung, menghafal) tetapi hafal seluruh pemain Arsenal. Apa anak ini bodoh? Tentunya anda sepaham dengan saya, jawabanya adalah tidak. Anak ini pandai luar biasa. Hanya saja salah perlakuan sehingga ia malas dan tidak suka belajar.
Lalu apa yang saya lakukan untuk mengubah agar software menjadi baik, dan membuat anak ini agar mudah belajar? Yang saya perbaiki orangtuanya dahulu, sebab untuk anak seusia Aji, jika terdapat masalah dalam hidupnya berarti orangtua yang akan membantu untuk mengatasi masalah anak tersebut. Saya mengajarkan bagaimana berkomunikasi dengan anak dan sifat dari pikiran anak, serta pentingnya menomor satukan cinta dalam mendidik anak, yang semuanya akan sangat panjang jika saya jelaskan disini.

Berikutnya adalah tips bagaimana agar, anak kita menjadi rajin dan mudah sekali belajar dan sekolah.
1. Saat pulang sekolah tanyakan “Hai sayang, apa yang menyenangkan hari ini di sekolah?” Otomatis otak anak akan mencari hal-hal yang menyenangkan di sekolah dan ini secara tidak langsung akan memberitahu sang anak bahwa sekolah adalah tempat yang menyenangkan.
2. Saat anak tidur (Hypnosleep), katakan “Makin hari, belajar makin menyenangkan”, “Sama halnya dengan bermain, belajar juga sangat menyenangkan”, “Mudah sekali bagimu untuk belajar (berhitung, menghafal dan lain-lain.)”.
3. Jelaskan manfaat dari pelajaran yang sedang dipelajari (sesuai dengan minat anak tersebut) misalnya, dengan mempelajari perkalian, maka saat liburan naik kelas nanti nanti kamu bisa menghitung berapa harga barang yang akan kamu beli di Singapura, dan kamu bisa membandingkannya dengan harga di Indonesia. Jika kamu menguasai percakapan dalam bahasa inggris maka kamu akan sangat mudah berkomunikasi dengan pelatih sepak bolamu yang dari Thailand.
4. Mintalah guru les pelajarannya (jika ada), sering-sering mengatakan bahwa anak kita adalah anak yang hebat dan luar biasa. Pujian yang tulus dan memompa semangatnya jauh lebih penting dari pada mengajarkan tehnik-tehnik berhitung dan menghafal yang cepat. Mintalah bantuan orang-orang sekitar termasuk guru untuk meningkatkan harga diri anak kita.
5. Jika anak kita masih kecil dan masih suka dibacakan dongeng, bacakan dongeng dengan posisi memangku dia (dengan posisi yang nyaman, serta memudahkan kita orangtua untuk memberikan ciuman kasih sayang atau pelukan sayang) tujuannya agar anak mengkaitkan membaca buku dengan rasa cinta dari orangtua dan buku adalah hal yang sangat menyenangkan.
6. Gunakan surat rahasia dari orangtua kepada anak, kita bisa berkata “Nak, Ibu telah meletakan surat rahasia buat kamu. Cuma kamu dan ibu yang tahu isinya. Ibu letakan dibawah bantal tidurmu, bacalah setelah makan ya.” Isinya bisa berupa kata-kata yang menyemangati anak dalam kegiatan belajar dan sekolahnya.


Read More...

Bagaimana Mengembangkan Bakat Anak Sejak Dini

Bagaimana Mengembangkan Bakat Anak Sejak Dini
Bagaimana Mengembangkan Bakat Anak Sejak Dini?

Sejauh mana bakat anak dapat terwujud, tergantung pada beberapa faktor pribadi, seperti minat, motivasi, nilai, kepribadian, dan faktor lingkungan seperti pengalaman dan kesempatan pendidikan.
Sebagai orangtua, kita tentu memiliki harapan yang besar pada anak dalam berbagai aspek kehidupannya. Termasuk misalnya, keberhasilan di sekolah maupun luar sekolah. Beberapa orangtua memisahkan kedua hal tersebut, meskipun sejatinya keduanya sama-sama berkontribusi pada masa depan dan arah karier anak nanti.
Keberhasilan anak dalam hal apapun, termasuk dalam pengembangan bakat anak, tentu tidak lepas dari bagaimana kita sebagai orangtua membekali anak dalam menemukan fokus belajarnya dan menekuni bidang pilihannya. Namun kita juga seringkali dilanda kebingungan dalam memfasilitasi belajar anak. Pertanyaan seperti “Apakah saya harus mengikutkan anak dalam kursus?” atau keraguan semacam “IQ anak saya hanya rata-rata saja, tidak seperti teman-temannya,” seringkali menghantui benak kita.
Demi keberhasilan anak nanti, kita rela melakukan apapun – bahkan secara tidak sadar melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak disukai anak. Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan bakat anak sejak dini:
  • Orangtua sendiri perlu menunjukkan minat terhadap bidang kegiatan tertentu, mempunyai hobi, senang membaca, dan menyediakan bahan bacaan yang cukup dan beragam.
  • Menciptakan lingkungan rumah yang baik. Tempat orangtua berperan serta dalam kegaitan intelektual, atau dalam permainan yang meningkatkan daya pikir anak.
  • Menyempatkan diri untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan anak dengan sungguh-sungguh. Kalau belum dapat menjawab pertanyaan anak, sebaiknya mengajak anak itu untuk mencari jawaban bersama-sama.
  • Mengajak anak mengunjungi museum, perpustakaan, tempat bersejarah, pusat kebudayaan atau kesenian. Beri mereka kesempatan bertemu dengan orang lain yang mempunyai keahlian atau keterampilan tertentu.
  • Memberi kesempatan kepada anak agar melakukan sesuatu sendiri, untuk memupuk kemandirian, kepercayaan diri dan rasa tanggung jawab.
Pendiri Intrinsic Institute, Dr. Brian Davidson, adalah salah satu orang yang menaruh perhatian pada tema ini. Sebagai seorang guru pula, ia tertarik untuk menjawab pertanyaan tentang apa bekal penting yang harus dimiliki murid-muridnya untuk berhasil dalam studinya. Alih-alih fokus pada faktor-faktor yang secara umum kita kenal dapat memicu keberhasilan anak, seperti IQ dan kemampuan kognitif, ia justru mengungkapkan bahwa banyak kemampuan non-kognitif yang patut menjadi bekal anak. Misalnya, ia menunjukkan hasil penelitian Angela Duckworth dan Martin Seligman bahwa disiplin diri dua kali lebih baik ketimbang IQ dalam memprediksi keberhasilan akademik seorang anak.
Ini seperti banyak kasus yang sering kita dengar – anaknya tidak terlihat pintar, namun karena dia tekun, sang anak lalu jadi terampil di bidang bakat yang ditekuni.
Apa sih kemampuan non-kognitif yang dimaksud oleh Dr. Brian? Yang dimaksud adalah berbagai bekal yang berkontribusi dalam pengembangan bakat anak, yang sulit diukur dalam berbagai tes, termasuk tes IQ. Ketekunan belajar, pantang menyerah, growth mindset yang akhir-akhir ini kita sering dengar, kemampuan untuk bangkit dari kegagalan, jelas lebih sulit diukur dalam berbagai tes kecerdasan. Namun tes kecerdasan maupun ujian lebih sering dijadikan patokan dalam menentukan “nasib” anak. Paradigma ini pula yang menyebabkan kita seringkali lebih fokus pada hasil ketimbang proses belajar.
Padahal, proses belajar dan pengembangan bakat anak seringkali akrab dengan tantangan, hambatan, dan kegagalan. Namun sistem persekolahan misalnya, membuat kita malu melihat seorang anak tidak naik kelas, meskipun hal tersebut mungkin menjadi pembelajaran yang berharga bagi anak. Itu sebabnya, selain membekali diri dengan konten belajar – membaca, berhitung, menulis, memasak, atau bakat apapun yang ditekuni anak – anak perlu belajar dan membekali dirinya dengan berbagai kemampuan non-kognitif yang telah disebutkan di atas.
Misalnya, anak yang sering juara lomba melukis, lalu kemudian tidak mendapat juara di lomba berikutnya, mungkin merasa kecewa. Hidup memang bukan hanya perlombaan, namun perlombaan juga menjadi bagian dari hidup dan pengembangan bakat anak. Dalam kejadian ini, ayah ibu bisa mengobrol dengan anak tentang bagaimana bangkit dari kegagalan. Atau sebaliknya, anak yang tidak pernah dapat juara lomba melukis pun bisa belajar bagaimana menumbuhkan sikap pantang menyerah. Tidak dapat juara bukan berarti anak harus berhenti melukis, bukan?
Namun perlu diingat bahwa orangtua harus dapat membedakan antara tindakan “memberi perhatian dan kesempatan mewujudkan bakat” dengan tindakan “memaksa anak untuk berprestasi.” Bakat seorang anak bukan sesuatu yang siap jadi, tetapi diperoleh dari, dan ikut dibentuk oleh lingkungan.
Semoga bermanfaat.

Read More...

9 Kesalahan Fatal Dalam Mendidik Anak

9 Kesalahan Fatal Dalam Mendidik Anak
9 Kesalahan Fatal Dalam Mendidik Anak

Meskipun banyak orangtua yang mengetahui, bahwa mendidik anak merupakan tanggung jawab yang besar, tetapi masih banyak orangtua yang lalai dan menganggap remeh masalah ini. Setiap orangtua pasti selalu ingin yang terbaik bagi anaknya. Banyak hal yang dilakukan agar anak tersebut menjadi manusia yang berguna, bahkan orangtua selalu mengatakan bahwa anaknya harus lebih baik dari dirinya sendiri dalam berbagai hal, baik ilmunya, pendidikannya, dan dalam segala hal.
Namun kenyataannya secara sadar ataupun tidak, orangtua sering membuat kesalahan dalam mendidik putra-putrinya. Bagaimana cara mendidik anak yang benar? Hindari 9 kesalahan fatal dalam mendidik anak berikut ini.
1. Kurang Pengawasan
Seringkali anak terlalu banyak bergaul di lingkungan yang semu di luar lingkungan keluarga, dan itu merupakan hal buruk yang seharusnya mendapatkan perhatian dari orangtuanya. Jangan biarkan anak anda di luar sendirian, karena bagaimanapun anak anda membutuhkan perhatian anda sebagai orangtua.
2. Gagal Mendengarkan
Banyak orangtua yang terlalu lelah dalam memberikan perhatian pada anak dan cenderung kurang peduli pada apa yang anak-anak mereka ungkapkan. Misalnya saat seorang anak laki-laki pulang dengan mata yang terlihat lebam, pada umumnya orangtua langsung menanggapi kondisi anaknya tersebut dengan berlebihan, mengira-ngira si anak terkena benturan bola, atau bahkan berkelahi dengan temannya di sekolah. Tetapi faktanya, orangtua tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi hingga anaknya sendiri yang bercerita.
3. Meluruskan Kesalahan Anak
Orangtua sebaiknya membiarkan terlebih dahulu jika anak melakukan suatu kesalahan, jangan langsung memvonisnya bersalah, biarkan anak anda belajar dari kesalahannya agar kesalahan tersebut tidak terulang di lain waktu. Tentu saja apabila kesalahan anak tidak membahayakan jika dibiarkan terlebih dahulu, namun maksudnya adalah kesalahan kecil yang membuat anak bisa belajar mengatasinya. Bantu anak anda untuk dapat mengatasi masalahnya sendiri.
4. Terlalu Berlebihan
Banyak orangtua yang banyak menghabiskan waktu untuk dirinya sendiri. Tetapi sangat sedikit yang meluangkan waktu bersama anaknya. Seorang ibu bisa bermake-up berjam-jam dan hanya punya sedikit waktu untuk anaknya sendiri. Luangkan waktu yang lebih banyak untuk mendampingi anak agar dapat memacu dan menumbuhkan kretifitas pada anak.
5. Bertengkar di Hadapan Anak
Perilaku orangtua yang sangat mempengaruhi dan merusak mental anak adalah bertengkar di hadapan anak. Ketika orangtua bertengkar di hadapan anak, khususnya jika anak anda adalah anak lelaki, maka nantinya anak tersebut mejadi pria dewasa yang tidak sensitif yang tidak dapat menjalin hubungan dengan wanita dengan cara yang sehat sehat. Sebaiknya jika orangtua sedang bertengkar seharusnya mereka tidak memperlihatkannya pada anak-anak yang ada di sekitar mereka. Wajar saja bila orangtua bertengkar dan memiliki perbedaan pendapat pendapat tetapi sebisa mungkin harus dilakukan tanpa amarah, karena hal itu dapat menimbulkan perasaan tidak aman dan rasa takut bagi anak.
6. Tidak Konsisten
Anak harus menyadari peran orangtua mereka. Oleh sebab itu orangtua harus konsisten dengan ucapannya. Cara mendidik anak saat ini sering bertolak belakang antara ucapan dan perbuatan orangtua. Saat anak meminta jajan makanan yang tidak sehat baginya, orangtua jelas melarang. Namun saat anaknya terus saja merengek dan menangis, akhirnya orangtua menyerah dan memberikan uang pada si anak untuk membeli makanan tersebut. Ini tidak baik bagi psikologis anak, dalam pikirannya akan tertanam bahwa orangtuanya tidak konsisten. Nanti jika ia menginginkan hal lain dari orangtuanya, ia akan melakukan hal yang sama dan terus menerus hingga usianya bertambah.
7. Mengabaikan Kata Hati
Orangtua apalagi seorang Ibu, biasanya mempunyai kepekaan yang tajam tentang anaknya. Sudah saatnya mereka mendengarkan kata hatinya dalam mendidik anak, jangan sampai nuraninya dikalahkan oleh hal-hal lain yang dapat menyebabkannya salah dalam mendidik anak.
8. Terlalu Banyak Nonton TV
Neilsen Media Research melaporkan bahwa anak-anak di Amerika dengan usia 2-11 tahun menghabiskan waktunya untuk menonton TV 3 jam dan 22 menit dalam sehari. Saya rasa di Indonesia juga tidak jauh berbeda, bahkan sebagian anak lebih lama dari itu dalam menyaksikan siaran TV. Terlalu banyak menonton TV akan membuat anak jadi malas dalam belajar. Ironisnya, banyak orangtua cenderung membiarkan anak mereka berlama-lama di depan TV, hal itu mereka lakukan daripada mengganggu aktifitas mereka sebagai orangtua. Jika demikian, semua acara TV yang negatif dan tidak sesuai dengan usia anak juga akan masuk pada kepala dan orangtua tidak akan bisa memfilternya. Dampingi anak anda saat menonton TV dan pilihkan acara yang sesuai dengan usianya dan batasi kegiatannya dalam menonton TV setiap hari.
9. Segalanya Diukur Dengan Materi
Anak membutuhkan quality time bersama orangtuanya. Tidak cukup hanya memberi anak berbagai benda dan mainan yang bisa mereka koleksi. Karena anak juga membutuhkan orangtua untuk mendengarkan mereka dibandingkan dengan anda memberinya sesuatu dan diam. Ini berdampak kurang baik bagi psikologis anak.
Itulah 9 kesalahan fatal dalam mendidik anak yang sering dilakukan oleh sebagian orangtua, baik sadar ataupun tidak. Memang masih banyak kesalahan-kesalahan lainnya yang tidak bisa dituliskan disini. Namun semoga 9 tips di atas dapat memberikan sedikit masukan untuk anda agar menjadi orangtua yang lebih baik.
Semoga bermanfaat.


Read More...

Cara Ampuh Mengatasi Persaingan Antar Saudara

Cara Ampuh Mengatasi Persaingan Antar Saudara
Cara Ampuh Mengatasi Persaingan Antar Saudara

Jika anda mempunyai anak tunggal tentu tidak akan mengalami masalah ini. Tetapi jika anda mempunyai 2 orang anak atau bahkan lebih, maka ini adalah sesuatu yang bisa membuat kepala anda pusing, bahkan mungkin bisa membuat anda histeris. Banyak orangtua sering mengeluhkan, “Saya tidak abis pikir dia itu bisa mengirikan kakaknya?” atau “Bagaimana dia bisa mengirikan adiknya? Kan saya sudah berlaku adil terhadap mereka.” Ungkap orangtua pada umumnya. Anda tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan masalah ini? Persaingan antar saudara mau tidak mau pasti terjadi. Ini adalah sebuah masalah untuk menunjukkan jati diri dari masing-masing anak. Setiap manusia bahkan anak-anak ingin dirinya dianggap sebagai sosok individu yang spesial. Inilah yang terjadi pada anak-anak kita.
Seorang kakak dipuji karena ia pandai menggambar misalkan, pandai berhitung misalkan. Nah, si adik tentunya juga ingin dipuji, tetapi bukan terhadap hal yang sama mungkin. Mungkin ia akan merasa bahwa, “Saya tidak mungkin bersaing disitu karena kakak saya lebih bagus” atau “Adik saya lebih bagus.” Maka ia akan mencari bidang yang lain. Jika anda tidak tanggap terhadap hal ini, inilah yang akan memicu persaingan itu menjadi semakin sengit. Seringkali orangtua mengatakan “Aduh hebatnya kamu.” Nah, ketika ia mengatakan ini di depan adik atau kakaknya, maka adik atau kakak tersebut bisa jadi akan merasa tersinggung “Kenapa dia yang dipuji, kok bukan saya.” Bagaimana mengatasi hal ini?
1. Sederhana sekali, misalkan anda berhadapan dengan anak nomor 1 dan anda ingin memuji dia. Anda bisa mengatakan seperti ini “Wah, hebat nih bagus sekali gambar kamu, sama ya seperti juga gambar adik.” Anda memuji anak anda yang nomor 1, tetapi anda juga memuji adiknya. Atau sebaliknya anda berhadapan dengan anak anda yang nomor 2, dan di dekatnya ada anak nomor 1. Anda mengatakan “Nah, ini nih baru anak mama hebat sama seperti kakaknya.” Kebanyakan yang dilakukan para orangtua adalah memuji secara personal anak yang bersangkutan.
Misalkan seorang adik bisa menyelesaikan sebuah tugas dengan baik, kebanyakan orangtua langsung memujinya “Nah, begitu hebat”. Jika anak anda yang pertama diam, bukan berarti dia tidak punya perasaan apapun disana. Jika ini sering terjadi dibawah sadarnya dia akan merasa bahwa “Mama hanya sayan dengan adik, bukan dengan saya.” Ini bisa terjadi, jadi berhati-hatilah terhadap hal tersebut. Jika anda ingin memuji dan ada anak lain disana, pastikan memuji anak tersebut secara tidak langsung. Jika tidak ada anak lainnya anda boleh sampaikan pujian anda secara personal pada anak tersebut.
2. Masalah yang lain adalah kurangnya waktu pribadi dengan masing-masing anak. Suatu hari pada saat selesai sebuah seminar, seorang bapak menghampiri saya dan mengatakan bahwa dia punya permasalahan untuk mengatasi persaingan antara anak-anaknya. Dia punya 2 orang anak dan dia mengatakan bahwa dia sudah bersikap adil kepada mereka semua. Bahkan mereka selalu keluar bersama-sama sebagai sebuah keluarga, tetapi mengapa hal ini masih bisa terjadi. Kemudian saya bertanya pada sang bapak ini. “Pak, apakah bapak pernah mengajak salah seorang anak saja untuk pergi keluar bersama bapak sendiri? Atau mungkin bersama bapak dan ibu?” Jawabnya “Itu tidak pernah terjadi selama 13 tahun saya menikah dan berkeluarga. Kita selalu pergi bersama-sama.” Nah, inilah masalahnya “Loh, kok bisa?” Kata bapak itu terkejut.
Mungkin anda bisa juga mengatakan “Bukankah itu juga hal yang bagus? Keluar bersama-sama sebagai sebuah keluarga. Bukankah itu menjalin sebuah kebersamaan?” Ya, itu memang menjalin sebuah kebersamaan, tetapi anak anda juga memerlukan sesuatu yang lain lagi. Dia ingin dianggap sebagai individu yang spesial. Ketika anda keluar hanya dengan salah satu anak saja, katakanlah dengan anak nomor 1 saja kali ini, maka dia akan merasa bahwa dirinya spesial. Ia akan merasa bahwa dirinya adalah yang diperhatikan untuk saat itu. Lain kali ketika anda keluar dengan anak nomor 2 saja, dan dia akan merasa bahwa dia juga diperhatikan. Karena sebagai anak nomor 2, hal yang yang sering terjadi adalah dia akan selau merasa sebagai nomor 2, karena memang itulah kenyataannya. Dia tidak akan pernah merasakan kapan jadi nomor 1. Nah, sampai dia tua pun si kakak pasti menjadi nomor 1 dan ia jadi nomor 2, bukankah seperti itu.
Karena itu anda perlu mengantisipasi perasaan ini, dengan cara menjadikannya nomor 1 pada satu waktu tertentu. Ajaklah dia keluar, istimewakan dia, buat dia merasa bahwa dirinya nomor 1. Imbangi dengan sebuah nasihat bahwa kakaknya juga penting. Katakan kepada anak anda yang nomor 2, misalkan pada saat anda mungkin mengajaknya makan di luar, “Bagaimana kalau kita belikan kakak makanan kesukaanya?” Disini anda membuatnya merasa penting, tetapi anda juga membuatnya untuk mempunyai rasa perduli pada saudaranya sendiri.
Nah, itu adalah hal-hal yang kecil yang dapat anda lakukan, agar persaingan-persaingan seperti ini tidak mencuat menjadi sebuah isu yang panas di dalam keluarga. Lakukan hal ini sejak mereka masih kecil. “Bagaimana kalau anak saya sudah besar?” Anda masih punya waktu untuk melakukannya sekarang. Perbaiki semuanya dan anda akan melihat hubungan mereka akan jauh lebih baik lagi, dan sebagai sebuah keluarga akan sangat kokoh dan sangat kuat.

Read More...

Cara Mengajarkan Anak Bersosialisasi Sejak Usia Dini

Cara Mengajarkan Anak Bersosialisasi Sejak Usia Dini
Cara Cerdas Mendidik Anak Bersosialisasi

Memiliki teman atau sahabat adalah salah satu pondasi penting dalam kehidupan seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa seorang anak yang memiliki masalah dalam berinteraksi dengan teman sebayanya, cenderung mengalami guncangan emosi yang lebih besar dibandingkan anak yang memiliki banyak teman. Dalam kondisi ekstrim, saat mereka dewasa guncangan emosi yang tidak dapat diatasi ini dapat menyebabkan tindakan vandalisme, kriminal, bahkan bunuh diri. Bagaimana dengan anak anda?
Apabila anda memiliki seorang anak yang pemalu, maka tidak ada salahnya jika anda mengajarkan cara bersosialisasi sejak dini. Kemampuan bersosialisasi ini sangat penting dalam masa tumbuh kembang anak, karena dengan bersosialisasi anak akan lebih mudah untuk mengembangkan karakternya. Mungkin hal ini bukan masalah bagi sebagian anak yang terlahir dengan bakat pandai bersosialisasi. Tetapi bagi anak yang kesulitan bersosialisasi, hal ini dapat menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri dan susah bergaul dengan teman sebayanya.
Berikut ini ada beberapa cara yang dapat membantu anda untuk mengajarkan anak bersosialisasi sejak usia dini.
1. Menjadi Role Model
Anak seringkali mencontoh perilaku dan sikap dari orangtuanya. Oleh karena itu, setiap orangtua wajib menjadi role model yang baik bagi anak-anaknya. Dengan melihat bagaimana orangtuanya menyapa, berbicara dan bergaul dengan orang lain, hal ini akan membuat anak lebih mudah untuk bersosialisasi dengan teman-temannya.
2. Biarkan Anak Berekspresi
Berikan kesempatan pada anak untuk berkumpul bersama dengan teman-temannya, seperti mengikuti kegiatan pramuka, olahraga, atau kegiatan-kegiatan lain yang dapat mendorong bakat mereka. Anak akan sangat menikmati apabila mereka dapat menunjukkan bakat serta minatnya. Salah satu penyebab kurangnya rasa percaya diri pada anak, adalah karena anak tidak memiliki ruang untuk berekspresi.
3. Suasana Keluarga Yang Terbuka
Bangunlah suatu hubungan yang terbuka antara anak dengan orangtua. Salah satu caranya adalah dengan mengajak anak anda berkomunikasi tentang berbagai kegiatannya sehari-hari. Luangkan waktu untuk berbicara dengan anak anda sedikitnya dua kali dalam sehari, dan biarkan anak anda mengeluarkan isi hatinya. Hal seperti ini akan membuat anak berani untuk bertanya, minta pendapat, ataupun sekedar curhat saja.
4. Beraktivitas Dalam Kelompok
Ajak anak anda untuk bergabung dalam suatu komunitas atau tim olahraga yang sesuai dengan minatnya. Selain dapat mengasah bakat anak, kegiatan semacam ini juga dapat memberikan kesempatan pada anak untuk bergaul dan mendapat teman baru. Anak-anak biasanya sangat menyukai kegiatan seperti ini, karena itu carilah suatu kegiatan yang dapat dilakukan anak bersama dengan teman sebayanya.
5. Bermain Bersama
Bermain adalah salah satu cara untuk mengakrabkan diri dengan anak lain, dan dengan bermain anak menjadi lebih bebas dalam mengeluarkan ekspresinya. Ajak anak anda untuk sesekali bermain di luar rumah bersama teman-temannya, atau anda bisa meminta saudara sepupu atau teman dekatnya untuk menginap di rumah ketika liburan sekolah tiba.
6. Bangkitkan Rasa Percaya Diri Anak
Orangtua adalah orang yang paling tahu dan mengenal karakter anaknya, beserta dengan segala kelebihan dan juga kekurangannya. Karena itu bantulah anak anda untuk menemukan rasa percaya dirinya dengan cara berkomunikasi secara personal.
7. Etika Bergaul
Dalam pergaulan, anak harus diberikan pengertian untuk dapat menghargai orang lain. Dengan memiliki etika bergaul yang baik, anak tidak akan canggung untuk bergaul dengan teman sebayanya ataupun orang yang usianya jauh lebih tua.
8. Jangan Terlalu Protektif
Seringkali orangtua terlalu protektif terhadap anaknya, sehingga membatasi kesempatan anaknya untuk berinteraksi dengan orang lain. Biarkan anak anda belajar untuk melakukan segala sesuatunya sendiri, seperti menelepon temannya, bertanya kepada orang lain, atau membayar sendiri saat jajan.
9. Perhatikan Anak Anda
Agar dapat lebih memahami perilaku anak anda, penting bagi anda untuk memperhatikan mereka saat berinteraksi dengan orang lain. Jika anak anda pemalu, jangan terlalu memaksanya, tetapi bantulah dia untuk dapat membuka diri dengan teman-temannya. Dukungan dari orangtua sangat membantu anak untuk bersosialisasi.
10. Jelaskan Arti Teman
Berikan pemahaman pada anak tentang pentingnya mempunyai teman. Apabila anak anda memiliki pribadi yang tertutup, berilah mereka cukup waktu untuk membuka diri. Karena ketika mereka merasa nyaman, saat itulah mereka akan bersosialisasi dengan orang lain.
Demikianlah beberapa cara mendidik anak untuk bersosialisasi. Kemampuan bersosialisasi ini dapat dilatih sejak anak usia dini, sehingga nanti ketika dewasa mereka dapat beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Untuk melatih kemampuan bersosialisasi ini tentunya juga harus disesuaikan dengan kepribadian anak, karena setiap anak memiliki kepribadian yang berbeda sehingga cara pendekatan dan latihan yang dilakukan juga berbeda, sesuai dengan kepribadian mereka.

Read More...

9 Ciri Anak Cerdas Yang Wajib Diketahui Orangtua

9 Ciri Anak Cerdas Yang Wajib Diketahui Orangtua
post 50

Setiap orangtua selalu ingin mempunyai anak yang cerdas. Banyak orangtua melakukan berbagai macam usaha demi membuat anaknya menjadi lebih cerdas. Pada dasarnya perkembangan intelektual atau kognitif adalah aspek perkembangan pikiran. Bagian ini berperan penting terhadap pembentukan mental, pengambilan keputusan, penyelesaian masalah, bahasa, dan ingatan seorang anak. Perkembangan intelektual inilah yang kerap kali dihubungkan dengan kecerdasan anak.
Biasanya seorang anak baru bisa dikatakan cerdas ketika mereka telah memasuki usia sekolah. Meskipun demikian, ada beberapa ciri yang dapat anda ketahui apakah anak anda termasuk anak yang cerdas. Berikut ini adalah ciri-ciri anak cerdas yang wajib diketahui oleh setiap orangtua.
1. Sangat aktif
Anak aktif berbeda dengan anak hiperaktif. Jika dilihat dari aktifitasnya, sekilas memang terlihat hampir sama. Tetapi jika diperhatikan lebih dalam akan tampak perbedaannya. Anak aktif mempunyai fokus perhatian yang baik, lebih sabar, dan suka dengan kegiatan yang butuh banyak gerakan fisik, sedangkan anak hiperaktif biasanya tidak fokus, tidak bisa diam, tidak sabar, dan cenderung agresif. Masalahnya kini orangtua justru lebih senang apabila anaknya duduk diam dengan bermain gadget atau menonton televisi, daripada melakukan banyak kegiatan fisik. Padahal aktifitas dengan banyak kegiatan fisik sangat baik untuk merangsang kecerdasan anak.
2. Konsentrasi intens
Anak-anak umumnya kesulitan untuk berkonsentrasi dan fokus pada suatu hal. Tetapi anak cerdas mampu berkonsentrasi dengan intens dalam waktu yang lama, dan menyelesaikan pekerjaannya tanpa banyak terpengaruh dengan kondisi di sekitar.
3. Daya ingat kuat
Anak yang cerdas biasanya memiliki ingatan yang kuat terhadap berbagai macam informasi yang pernah dilihat atau didengarnya. Dengan daya ingat yang baik ini nantinya anak akan lebih mudah memahami dan menangkap pelajaran di sekolah. Selain itu daya ingat juga bermanfaat untuk membangun rasa percaya diri dan kemandirian anak.
4. Memiliki kosakata tinggi
Kecerdasan anak juga ditandai dengan penguasaan kosakata yang tinggi. Mereka bisa menggunakan kosakata yang sulit dengan tepat, dan bisa mengucapkannya dalam kalimat yang lengkap. Penelitian juga menemukan bahwa anak-anak dengan kosakata lisan yang baik, akan cenderung lebih cerdas di sekolah.
5. Memperhatikan detail
Kecerdasan anak juga dapat dilihat dari kebiasaannya memperhatikan sesuatu secara detail. Anak cerdas biasanya senang memperhatikan hal-hal detail yang sering dilewatkan oleh orang lain. Dan seringkali mereka selalu ingin tahu bagaimana cara kerja sesuatu secara spesifik.
6. Suka berimajinasi
Suka berimajinasi merupakan salah satu ciri anak cerdas. Biasanya anak suka berimajinasi dengan menirukan hal-hal yang ada di sekitarnya, misalnya dengan membayangkan awan berbentuk burung, atau membuat gambar dengan cerita yang dibuatnya sendiri.
7. Tertarik dengan banyak hal
Anak cerdas umumnya menunjukkan ketertarikannya dengan banyak hal. Mereka tidak hanya tertarik pada permukaan saja, tetapi juga ingin mengeksplorasi minatnya hingga lebih dalam. Mereka akan mencari tahu dan bertanya tentang banyak hal yang diminatinya.
8. Membaca lebih awal
Anak cerdas mempunyai rasa ingin tahu yang cukup tinggi terhadap segala sesuatu. Karena itu anda bisa memperkenalkan mereka dengan buku cerita bergambar yang sesuai dengan usianya, biasanya mereka akan penasaran dan ingin membaca sendiri buku tersebut. Secara alami, rasa penasaran itu akan mendorong anak untuk belajar membaca.
9. Mempunyai bakat seni
Anak dengan bakat seni seperti menggambar dan menyanyi juga termasuk dalam kategori anak cerdas. Ketika balita biasanya mereka mampu menggambar sesuatu dengan jelas atau menyanyi dengan nada yang tepat. Hal ini menunjukkan keseimbangan antara otak kiri dan kanan mereka.
Seringkali orangtua merasa penasaran, apakah anaknya mempunyai tingkat kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi. Umumnya seorang anak tidak membutuhkan uji kecerdasan sebelum memasuki sekolah dasar. Akan tetapi, untuk menguji kecerdasan intelektual anak sudah dapat dilakukan sejak anak berusia 3 tahun. Tingkat kecerdasan intelektual anak normalnya berkisar antara 85 hingga 115, karena itu seorang anak yang mempunyai kecerdasan intelektual (IQ) diatas 130 dapat dikategorikan sebagai anak jenius.
Dewasa ini masih banyak orangtua yang mengaitkan antara tingkat kecerdasan intelektual anaknya dengan keberhasilan dalam meraih kesuksesan kelak. Namun ada hal penting yang harus dipahami oleh orangtua, bahwa kecerdasan intelektual (IQ) hanyalah salah satu dari sekian banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan seorang anak.
Semoga bermanfaat.

Read More...

Karakter Anak Adalah Karakter Turunan

Karakter Anak Adalah Karakter Turunan
Karakter Anak Adalah Karakter Turunan

Kali ini kita akan membahas tentang bagaimana karakter terbentuk secara turun temurun dan terkadang tidak disadari. Apakah bisa? Mungkin? Bisa dan mungkin, dan biasanya ini terbentuk dari Belief atau kepercayaan atau keyakinan dari orangtua yang diturunkan kepada anak. Dan jika keyakinan yang diturunkan salah, sampai 7 turunan bisa salah jika tidak diperbaiki. Baiklah, simak terus tulisan ini dan dapatkan rahasia pemahaman baru.

Belief atau kepercayaan itu bukan kita berarti membahas persoalan agama atau keyakinan beribadah, yang dimaksud adalah suatu pemikiran yang terbentuk karena pengalaman yang berulang-ulang atau pengalaman yang berkesan. Jadi secara sederhananya bisa kita katakan sebagai perasaan “pasti” akan sesuatu hal. Contohnya mungkin anda mempunyai perasaan yang pasti tentang kemampuan berhitung yang baik, jadi anda punya belief atau kepercayaan “wah saya itu pintar kalau berhitung”. Itu yang kita maksud dengan belief atau kepercayaan.
Belief bisa sesuatu yang kita inginkan atau yang tidak kita inginkan.Belief yang kita inginkan secara sadar, belief yang terbentuk karena kita mempelajari ajaran-ajaran agama yang kita anut itu memang kita inginkan untuk terbentuk, lalu belief yang terbentuk dari mempelajari masalah-masalah akademik. Kita memang menginginkan itu agar kita bisa seperti itu, misalkan kita belajar matematika dan lain sebagainya. Belief yang terbentuk dari latihan-latihan olahraga karena kita menginginkannya, kita bisa memiliki keyakinan yang kuat untuk kasus olahraga contoh: “tendangan saya keras, lemparan saya pasti masuk”.
Nah berikutnya adalah belief yang tidak kita inginkan secara sadar, tapi toh kita tetap punya belief ini. Misalnya takut terhadap gelap, wah saya kalau di tempat gelap itu saya pasti merinding, saya pasti keringat dingin, saya pasti tidak berani begitu ya. Atau mungkin trauma ketinggian juga wah saya ini tidak bisa naik pesawat itu suatu belief yang kita tidak inginkan secara sadar tetapi itu masuk dalam diri kita. Berbagai fobia terhadap binatang, kemudian ketakutan-ketakutan terhadap guru ketakutan terhadap pelajaran tertentu ketakutan membuat tujuan pribadi ya perasaan-perasaan diremehkan atau perasaan bersalah terhadap sesuatu ini adalah belief-belief yang tidak kita inginkan tetapi secara sadar masuk dalam diri kita ya.

Satu hal yang mungkin perlu kita tekankan adalah mengapa belief atau kepercayaan salah yang diajarkan secara turun-temurun ini sesuatu yang sering orang tua lakukan? Karena seringkali ada hal-hal yang sebenarnya kepercayaan ini yang keliru tapi kita sampaikan kepada anak tanpa kita pertanyakan dulu, apakah itu belief yang bagus atau tidak? Nah contohnya “hei nak jangan main hujan nanti masuk angin”, atau “ayo mandinya cepet nanti masuk angin lho ya”, “kalau kamu gak makan kamu pasti sakit lho”, jadi itu adalah belief-belief yang dibawa dari orangtua yang disampaikan kepada anak tapi itu belum tentu pasti bener . tapi kalau diulang-ulang jadi bener juga. Disamping sekarng bukan orangtua lagi yang menanamkan keyakinan yang salah, tetapi media tv, koran dan media yang lainnya juga peran serta dalam hal ini.
Apa yang menyebakan ini terjadi? Bagaimana belief bisa semudah itu tertanam dan membentuk perilaku kita? Penjelasan ini sangat panjang, kita perlu secara khusus mempelajari mekanisme pikiran manusia, bagaimana kata-kata bisa membentuk karakter manusia. Mudahnya, kalimat yang sering diulang-ulang  bisa tertanam di dalam memori manusia dan menjadi suatu sistem keyakinan. Dan karena banyaknya kesalahan dalam memberikan informasi dan kesalahan menanamkan keyakinan dipicu oleh ketidaktahuan bagaimana mekanisme pikiran itu bekerja. l Kita tidak pernah belajar khusus pak mengenai mekanisme pikiran manusia. Seingat saya waktu dulu kuliah tidak ada  yang bahas soal mekanisme pikiran dan juga hal Ini diperparah dengan control diri yang kurang baik sehingga kita tidak mau memikirkan ulang dampak dari suatu kalimat atau tindakan terhadap anak kita. jiKalau belief atau kepercayaan yang anda turunkan atau anda ajarkan pada anak itu adalah sesuatu yang  positif. Itu sangat baik sekali ya. Jadi misalkan “nak tahu gak kalau kita ini keturunan orang pintar jadi kamu pasti jadi anak yang pintar dan cerdas”. Tapi kalau belief atau kepercayaan itu begini mungkin “nak hidup ini itu susah kamu harus belajar yang rajin supaya dapat pekerjaan yang bagus”, sering gak denger orang tua nasehatnya gitu.

Saya dulu, sering termasuk orang yang dinasehati seperti itu. Harus belajar rajin supaya dapat pekerjaan yang bagus. Betul? Orang tua itu lupa berpikir lho apa anaknya itu harus jadi karyawan aja apakah kalau nilainya jelek disekolah apakah dia tidak bisa sukses ya. Kenapa orang tua ngga ngomong kamu harus belajar rajin besok kamu bisa menciptakan lapangan pekerjaan yang banyak sekali. Betul? Belief lain yang sering menghambati anak ya untuk sukses adalah belief orang tua kadang-kadang seperti ini “nak cari uang itu susah kamu harus kerja nanti kalau sudah kamu harus pintar” maksudnya kalau kamu dapat nilai bagus kamu nanti bisa bekerja diperusahaan yang bagus. Kenapa kok ngak ngomongnya kayak gini, “nak kamu tahu kamu harus pinter itu kenapa? Supaya kamu bisa buat perusaahn bagus. Jadi kamu bisa pekerjakan orang –orang yang pinter”, kenapa koq gak ngomong seperti itu ya? Jadi seperti itulah belief-belief yang kadang orang tua turunkan kepada anak tanpa dipikir ya. Sehingga bisa kita pahami bagaimana karakter kebanyakan orang disekelilingi kita. bagaimana juga karakter bangsa ini?
Jadi untuk menghindari kesalahan ini adalah anda sebagai orang tua anda coba analisa kebiasaan anda dalam mengomentari sesuatu ya. Jadi anda melihat ada suatu kejadian dan anda mengomentari dan anda coba pikirkan apakah bener sudah kata-kata anda itu. Dan anda mungkin juga bisa berpikir apa dampaknya dari perkataan saya ini pada anak saya. Pertimbangkan dampak sugesti yang terkandung dalam setiap perkataan yang sering kita ulangi.

Read More...

Proses Pembentukan Karakter Pada Anak

Proses Pembentukan Karakter Pada Anak
Proses Pembentukan Karakter Pada Anak

Karakter tidak dapat dibentuk dengan cara mudah dan murah. Dengan mengalami ujian dan penderitaan jiwa karakter dikuatkan, visi dijernihkan, dan sukses diraih ~ Helen Keller

Suatu hari seorang anak laki-laki sedang memperhatikan sebuah kepompong, eh ternyata di dalamnya ada kupu-kupu yang sedang berjuang untuk melepaskan diri dari dalam kepompong. Kelihatannya begitu sulitnya, kemudian si anak laki-laki tersebut merasa kasihan pada kupu-kupu itu dan berpikir cara untuk membantu si kupu-kupu agar bisa keluar dengan mudah. Akhirnya si anak laki-laki tadi menemukan ide dan segera mengambil gunting dan membantu memotong kepompong agar kupu-kupu bisa segera keluar dr sana. Alangkah senang dan leganya si anak laki laki tersebut.Tetapi apa yang terjadi? Si kupu-kupu memang bisa keluar dari sana. Tetapi kupu-kupu tersebut tidak dapat terbang, hanya dapat merayap. Apa sebabnya?
Ternyata bagi seekor kupu-kupu yang sedang berjuang dari kepompongnya tersebut, yang mana pada saat dia mengerahkan seluruh tenaganya, ada suatu cairan didalam tubuhnya yang mengalir dengan kuat ke seluruh tubuhnya yang membuat sayapnya bisa mengembang sehingga ia dapat terbang, tetapi karena tidak ada lagi perjuangan tersebut maka sayapnya tidak dapat mengembang sehingga jadilah ia seekor kupu-kupu yang hanya dapat merayap.

Itulah potret singkat tentang pembentukan karakter, akan terasa jelas dengan memahami contoh kupu-kupu tersebut. Seringkali orangtua dan guru, lupa akan hal ini. Bisa saja mereka tidak mau repot, atau kasihan pada anak. Kadangkala Good Intention atau niat baik kita belum tentu menghasilkan sesuatu yang baik. Sama seperti pada saat kita mengajar anak kita. Kadangkala kita sering membantu mereka karena kasihan atau rasa sayang, tapi sebenarnya malah membuat mereka tidak mandiri. Membuat potensi dalam dirinya tidak berkembang. Memandulkan kreativitasnya, karena kita tidak tega melihat mereka mengalami kesulitan, yang sebenarnya jika mereka berhasil melewatinya justru menjadi kuat dan berkarakter.
Ada satu anekdot yang sering saya sampaikan pada rekan saya, ataupun peserta seminar. Enak mana makan mie instant dengan mie goreng seafood? Umumnya mereka yang suka mie pasti tahu jika mie goreng seafood jauh lebih enak dari mie goreng instant yang hanya bisa dimasak tidak kurang dari 3 menit. Apa yang membedakan enak atau tidaknya dari masakan mie tersebut? Prosesnya!

Sama halnya bagi pembentukan karakter seorang anak, memang butuh waktu dan komitmen dari orangtua dan sekolah atau guru (jika memprioritaskan hal ini) untuk mendidik anak menjadi pribadi yang berkarakter. Butuh upaya, waktu dan cinta dari lingkungan yang merupakan tempat dia bertumbuh, cinta disini jangan disalah artikan memanjakan. Jika kita taat dengan proses ini maka dampaknya bukan ke anak kita, kepada kitapun berdampak positif, paling tidak karakter sabar, toleransi, mampu memahami masalah dari sudut pandang yang berbeda, disiplin dan memiliki integritas (ucapan dan tindakan sama) terpancar di diri kita sebagai orangtua ataupun guru. Hebatnya, proses ini mengerjakan pekerjaan baik bagi orangtua, guru dan anak jika kita komitmen pada proses pembentukan karakter.
Pada awal pembentukan karakter banyak orangtua dan guru bertanya tentang bagaimana mendisiplinkan anak. Nah, apakah disiplin saja cukup? Bagaimana dengan proses membentuk karakter yang lain? 

Kembali ke pembentukan karakter, ingat segala sesuatu butuh proses. Mau jadi jelek pun butuh proses. Anak yang nakal itu juga anak yang disiplin lho. Tidak percaya? Dia disiplin untuk bersikap nakal. Dia tidak mau mandi tepat waktu, bangun pagi selalu telat, selalu konsisten untuk tidak mengerjakan tugas dan wajib tidak menggunakan seragam lengkap.
Ada satu kunci untuk menanamkan kebiasaan, ada hukumnya dan hukum itu bernama hukum 21 hari, dalam pembentukan karakter erat kaitannya dengan menciptakan kebiasaan yang baru yang positif. Dan kebiasaan akan tertanam kuat dalam pikiran manusia setelah diulang setiap hari selama 21 hari. Misalnya Anda biasakan anak sehabis bangun tidur untuk membersihkan tempat tidurnya, mungkin Anda akan selalu mengingatkan dan mengawasi dengan kasih sayang (wajib, dengan kasih sayang) selama 21 hari. Tetapi setelah lewat 21 hari maka kebiasaan itu akan terbentuk dengan otomatis. Nah, kini kebiasaan positif apa yang hendak anda tanamkan kepada anak, pasangan dan diri Anda? Anda sudah tahu caranya dan tinggal melakukan saja. Sukses dalam karakter yang terus diperbarui.

Read More...

Macam – Macam Kepribadian Anak

Macam – Macam Kepribadian Anak
Macam – Macam Kepribadian Anak

Kali ini kita akan membahas bagian yang tidak kalah pentingnya yaitu bagian tentang kepribadian, inilah dasar dari pembentukan karakter seorang anak. Mengapa kita perlu membahas tentang kepribadian, kepribadian adalah bagian dari diri manusia yang sangat unik dimana kita memiliki kecenderungan yang cukup besar untuk merespon segala sesuatu. Dengan memahami kepribadian anak berarti kita telah menyingkat waktu kita untuk menebak-nebak, berusaha mengerti dan memahami anak kita, kita bisa jauh lebih mudah untuk memahami seseorang anak dengan memperhatikan tipologi kepribadiannya. Nah dalam artikel kali ini saya akan menggunakan tipelogi kepribadian yang sangat banyak dipakai oleh family terapis, oleh para HRD manager ataupun praktisi-praktisi di sumber daya manusia untuk menganalisa kepribadian seseorang. Kepribadian ini membagi manusia menjadi empat golongan besar yaitu korelis, sanguin, plegmatis dan melankolis.

Koleris mewakili tipe kepribadian yang tegas dan kemudian cenderung untuk memimpin, yah dia adalah seorang pemimpin yang dilahirkan. Pemimpin yang dilahirkan secara alamiah begitulah koleris. Ciri-cirinya To The Point, dia ingin segala sesuatunya cepat dan dilakukan saat itu juga, dia tidak bertele-tele tetapi pada titik ekstrimnya adalah dia bisa menjadi terlalu dominan dan terlalu mengatur, terlalu mengontrol, sehingga orang lain bisa tidak tahan. Dan kemudian dia ingin segala sesuatunya dilakukan dengan sangat cepat kemudian bisa jadi dia lupa beberapa detail-detail tentang hal penting yang harus dilakukan. Itulah tipe kepribadian koleris yang sejati. Orang koleris akan berpakaian dengan praktis, simple, tidak mementingkan model pakaian tetapi lebih mementingkan fungsi dari pakaian itu. Dan orang koleris biasanya duduknya sangat tegak sekali dan ia berjalan dengan sangat tegak dengan kepala terangkat ke atas. Pada kenyataannya tiap kepribadian itu memiliki kadarnya masing-masing, sangatlah kecil sekali kemungkinannya kita menemukan seseorang yang koleris sejati. Artinya seratus persen koleris sementara di lain-lainnya itu nol semuanya. Seorang anak yang koleris, biasanya memiliki motivasi yang kuat dari dalam, istilahnya “ku tahu yang ku mau”. Jika ingin mengarahkan mereka, tunjukan keuntungan bagi anak jika mereka melakukan hal tersebut. Misal : “Jika kamu les bahasa inggris maka mudah bagi kamu untuk memahami aturan dari permainan yang sering papa dan kamu lakukan, masih banyak permainan serupa yang bisa kita mainkan”.

Jenis kepribadian yang berikutnya adalah Sanguinis. Sanguinis adalah orang yang cerah, ceria, bisa mendengar suaranya jauh sebelum melihat orangnya, heboh sekali dan jika memakai pakaian pakaian biasanya berwarna cerah meriah dengan banyak sekali aksesoris, yah sanguinis adalah orang yang senang menjadi pusat perhatian. Jika Anda datang ke pesta dan melihat satu orang dikelilingi yang lain, bercerita, semua terhibur dan tertawa, maka orang yang bercerita itulah seorang sanguinis. Ya, sanguinis adalah pusat perhatian. Jika Anda melihat orang sanguinis berpakaian cerah warna warni dan banyak aksesoris, dia tidak akan risih dengan itu semua bahkan dia akan suka, karena dengan begitu dia bisa menarik perhatian orang lain. Orang sanguinis akan berjalan dengan gayanya yang ceria dan akan menoleh ke kanan kiri dan melempar banyak senyum kepada orang-orang di sekitarnya. Seorang anak sanguinis merupakan anak yang sangat senang sekali bermain dan berkumpul dengan banyak teman-temannya. Senang dengan aktivitas “outdoor” atau kebersamaan yang menyenangkan. Tentu mudah bagi Anda menerjemahkan bahasa saya berkaitan dengan anak sanguinis.

Tipe koleris dan tipe sanguinis adalah tipe yang Ekstrovert, tipe yang terbuka kepada orang. Orang sanguinis begitu sangat terbukanya, sehingga bisa cerita tentang banyak hal kepada orang lain dan kemudian bisa dengan mudah melupakannya. Orang sanguinis dengan begitu mudahnya melupakan janjinya dan juga dengan begitu mudahnya dia akan langsung minta maaf. Orang koleris tidak akan melakukannya, dia akan gengsi untuk minta maaf kepada kita. Tapi mereka dasarnya adalah orang-orang yang terbuka, orang-orang yang ekstrovert. Berikutnya kita akan membahas bagian kepribadian yang Introvert yang tertutup. Di bagian ini ada dua jenis kepribadian dua tipelogi kepribadian yaitu Melankolis dan Plegmatis.

Melankolis adalah seorang yang rapi, biasanya tulisannya rajin, rapi, lengkap, detail karena itu jika mereka kuliah catatan mereka biasanya akan dipinjam oleh teman-temannya. Dan kemudian dia akan memiliki gaya dandan yang rapi, tidak ada satu helai pun rambut yang tersisir keluar ok semuanya rapi seperti diatur pada tempatnya. Seorang melankolis berpakaian selalu sangat rapi sekali, dimasukkan dan suka warna warna yang memiliki perpaduan warna yang cocok. Jadi tidak akan sembarangan, artinya dia tidak akan memakai bawahan yang berwarna hijau dan kemudian atasnya berwarna kuning cerah. Dia akan mempertimbangkan segala sesuatunya, itulah orang melankolis. Jika memendam sesuatu bisa dipendam sangat lama, ngambeknya bisa sangat lama sekali, tetapi orang melankolis sangat detail, begitu suka dengan data-data dan fakta-fakta. Yah itulah seorang melankolis. Ia begitu ahli di dalam perencanaan dan ahli di dalam analisa. Ciri-ciri anak melankolis yang sangat tampak adalah anak ini sangat teratur, suka kerapian, seringkali saya jumpai mereka secara akademis adalah anak yang cerdas dan pandai. Anak melankolis sangat suka “mengontrol” semuanya sendiri. Terkadang menentukan pakaian yang akan dipakainya, makan apa sore ini, dsb. Mereka terkadang suka mengingatkan kita, jika keluar kamar lampu dimatikan, tv atau laptop dimatikan.

Kemudian kepribadian yang satunya lagi adalah Plegmatis. Plegmatis adalah kepribadian yang suka melakukan segala sesuatu berdasarkan urutan yang telah diberikan, jika memang sudah begini ya begini tidak usah dipikirin yang lain lagi, yah pokoknya ikuti saja. Itulah plegmatis, tipe pengikut yang setia. Dia bisa tahan duduk berjam-jam melakukan sesuatu berhari-hari, berminggu-minggu dan berbulan-bulan dimana itu tidak mungkin bisa dilakukan oleh seorang yang koleris ataupun seorang sanguinis. Mereka tidak akan tahan duduk berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan melakukan satu hal yang sama berulang-ulang kali. Plegmatis sangat cocok melakukan itu semua, sangat setia dan bisa dipercaya untuk memegang rahasia. Itulah orang plegmatis, mereka sangat mudah diatur mereka sangat toleran. Jika Anda punya anak plegmatis, Anda bisa mengatakan “nak sekarang makan ya”, “ya” kalau Anda sibuk, Anda bisa mengatakan “nak, sekarang Mama lagi sibuk, nanti aja makannya ya”, “iya” anak plegmatis tidak akan menuntut Anda. Itu akan sangat berbeda dengan anak koleris “nak makannya nanti ya”, “tidak! Aku maunya sekarang” itulah anak koleris. Anak plegmatis biasanya cenderung diam dan mengalah. Mereka sering menghindari konflik dan seringkali merelakan peralatan tulisnya untuk dipinjam dan tak jarang terkadang merasa “ngga enak” untuk memintanya.

Sekarang Anda telah mengetahui tipologi koleris, sanguinis, melankolis dan plegmatis nah satu hal yang perlu kita ketahui adalah tidak ada satupun tipologi kepribadian ini yang lebih baik daripada lainnya. Artinya kita semua mempunyai kadar dari keempat tipologi kepribadian ini. Di dalam diri kita ada unsur melankolis, ada unsur plegmatis, ada unsur koleris dan ada unsur sanguinis-nya. Hanya saja di bagian mana kita dominan dan itu yang membentuk kita, itu yang membedakan kita dari yang lainnya. Nah variable atau kadar perbedaan dari setiap kepribadian ini membuat kita menjadi begitu unik. Tak ada satu orangpun yang memiliki komposisi yang sama, semuanya begitu berbeda. Dan satu hal yang paling penting, adalah seperti yang tadi saya katakan bahwa tidak ada yang baik, tidak ada yang buruk disini. Yang ada adalah pada saat kita tidak menyadari berhadapan dengan siapa dan kemudian kita tidak bisa menjalin suatu komunikasi, itu karena kita tidak bisa memahami persepsinya.

Read More...

Mengetahui Karakter Seseorang Berdasarkan Usia

Mengetahui Karakter Seseorang Berdasarkan Usia
Pada hakekatnya semua manusia itu sama baik laki-laki maupun perempuan, hanya saja yang memberdakan adalah sifat dan tingkah laku seseorang pada usia-usia tertentu. Menurut Sugiyanto dan Sudjarwo (1991) secara garis besar ada 5 fase perkembangan dalm hidup manusia:
  1. Fase Prenatal (sebelum lahir).
  2. Fase Infant (bayi), yaitu fase perkembangan mulai lahir sampai umur 1-2 tahun. Mulai lahir sampai 4 minggu merupakan fase kelahiran atau neonatal.
  3. Fase Childhood (anak-anak), adalah fase perkembangan mulai umur 1atau 2 tahun sampai 10-12 tahun, fase ini diklasifikasikan lagi menjadi dua, yaitu early childhood (anak kecil) antara 1-6 tahun, dan later childhood (anak besar) antara 6-12 tahun.
Misalkan saja balita yang baru lahir tidak mengetahui apa-apa dan bahkan belum mengenal orang tuanya, adapun beberapa sifat balita yang akan tumbuh beberapa tahun mendatang berkisar pada usia 0 sampai 5 tahun biasanya memiliki sifat yang egois, agresif, bossy atau bisa dikatakan suka merintah, terkadang suka menyendiri, dan pemalu.
 3
Macam-macam karakter balita
Yang terpenting dari salah satu sifat balita yang telah disebutkan tidak mengganggu pertumbuhan anak, dan bisa memperhatikan setiap perubahan yang terdapat pada balita itu sendiri, setiap orang tua harus bisa lebih teliti dan sigap dalam melakukan setiap pembelajaran untuk balita karena pada usia tersebut balita belum mengetahui hal-hal apa saja yang mereka anggap itu benar atau salah untuk dilakukan, kenapa dikatakan peran orang tua itu penting? Dapat disimpulkan bahwa daya kembang seorang anak itu bisa menjadi baik bila mendapat perhatian khusus oleh orang tua khusunya ibu yang lebih mempunyai kontak batin dengan sang balita. 
4
Setelah mengalami pertumbuhan dari balita akan tumbuh menjadi Anak Usia Dini, perkembangan motorik dan fisik anak sangatlah berhubungan dengan pertumbuhan psikis anak. Oleh karena itu psikologi perkembangan anak usia dini berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh. Dalam usia ini biasanya anak mengalami suatu periode yang dinamakan sebagai masa keesmasaan, karena pada usia inilah anak akan sangat merasakan kepekaan dan sangat sensitive terhadap sesuatu baik itu dari internal (keluarga) maupun eksternal (lingkungan sekitar). Disinilah peran sebagai orang tua harus lebih waspada hal-hal apa saja yang akan dilakukan oleh anak harus lebih diperhartikan karena akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak di masa yang akan datang. Serta guna mendukung hal tersebut berikut adalah beberapa hal yang harus di perhatikan orang tua mengenai perkembangan anaknya.
Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif anak terbagi ke dalam beberapa tahap :
  1. Tahap Sensorimotor, pada tahap ini kemampuan anak hanya pada gerakan refleks, mulai mengembangkan kebiasaan-kebiasaan awal, mereproduksi berbagai kejadian yang menurutnya menarik, mulai menggunakan berbagai hal atau peralatan guna mencapai tujuannya, melakukan berbagai eksperimen dan anak sudah mulai menemukan berbagai cara baru. Tahap sensorimotor terjadi saat usia 0-2 tahun.
  2. Tahapan Pra-Operasional, pada tahap ini anak mulai menerima berbagai rangsangan yang masih terbatas, Kemampuan bahasa anak mulai berkembang, meskipun pola pikirnya masih bersifat statsi dan masih belum mampu untuk berpikir secara abstrak, persepsi mengenai waktu dan mengenai tempat masih tetap terbatas. Tahap pra-operasional berkembang saat usia anak 2-7 tahun.
  3. Tahap Konkret Operasional, pada tahap ini anak sudah bisa menjalankan operasional dan berpikirnya mulai berpikir secara rasional. Dalam tahap ini tugas-tugas seperti menyusun, melipat, melakukan pemisahan, penggabungan, menderetkan dan membagi sudah dapat dilakukan oleh anak. Tahap konkret operasional berlangsung pada usia 7-11 tahun.
  4. Tahap Formal Operasional, dalam tahap ini anak sudah mulai beranjak sebagai seorang remaja. Dalam tahap ini, anak sudah mulai berpikir secara hipotetik, yaitu penggunaan hipotesis yang relevan sudah dilakukan anak guna memecahkan berbagai masalah. Sudah mampu menampung atau berpikir terhadap hal-hal yang menggunakan prinsip-prinsip abstrak, sehingga anak sudah bida menerima pelajaran-pelajaran yang bersifat abstrak seperti matematika, agama dan lain-lain.
Setelah tumbuh dari anak-anak menjadi remaja. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebutanak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa, Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Pada dasarnya setiap usia mempunyai ciri-ciri baik usia anak-anak, remaja, dewasa, dan usia tua. Sesuai judul, maka yang dijelaskan dalam artikel ini, adalah ciri-ciri remaja.
Menurut Hurlock (2000), masa remaja memiliki ciri-ciri yang terdiri dari:
  1. Masa remaja sebagai periode perubahan. Remaja mengalami perubahan penting dalam hidupnya baik dari segi fisik maupun mentalnya untuk menuju kedewasaan diri.
  2. Masa remaja sebagai periode peralihan. Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan perannya yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa.
  3. Masa remaja sebagai periode perubahan. Ada empat perubahan yang hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial, menimbulkan masalah baru. Bagi remaja masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah, sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya. Ketiga, berubahnya nilai-nilai, apa yang di masa anak-anak dianggap penting sekarang setelah hampir dewasa tidak penting lagi. Keempat, sebagaian besar remaja bersifat ambivalen terhadap setiap perubahan,mereka menginginginkan perubahan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya.
  4. .Masa remaja sebagai usia bermasalah. Masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi. Ketidakmampuan mereka untuk mengatasi masalah membuat banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.
  5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas. Pada periode ini remaja melakukan identifikasi dengan tokoh atau orang yang dikaguminya.
  6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan. Adanya stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang berperilaku merusak, mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri dan akhirnya membuat peralihan ke masa dewasa menjadi sulit.
  7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik. Remaja cenderung melihat kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita.
  8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status kedewasaan, yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan seks bebas.
Setelah manusia remaja lalu tumbuh menjadi orang yang dewasa yang lebih memiliki sebuah paradigm pemikiran yang matang dan jernih dibandingkan sebelumnya serta lebih mengalami perubahan sebab dapat menganalisis suatu masalah dan dapat menyimpulkan sebuah keputusan yang benar. Ketika menginjak umur kurang lebih 20 tahun manusia akan  menerima peran-peran baru dalam usia 30-an kita mulai merasa terjepit dengan tanggung jawab ketika sudah menikah manusia akan lebih merasakan suatu bentuk perjuangan untuk menafkahi keluarga dan membiayai anak-anaknya bila sudah bersekolah nanti dalam posisi tersebut manusia akan sering mengalami depresi dan stress berlebih dalam jangka waktu yang panjang.
Dalam usia 40-an kita mulai merasakan perasaan urgensi bahwa hidup kita cepat berlalu dan karena usia yang sudah sangat rentan bahkan kita kadang memerlukan bantuan orang lain untuk melakukan aktifitas sehari-hari baik dirumah maupun diluar rumah, semakin tua umur manusia akan semakin kehilangan fungsi organ-organ tubuhnya dan sangat sensitif akan sesuatu yang timbulnya akan sering mengalami berbagai penyakit yang dapat menimbulkan kematian.

sumber : https://flying0ver.wordpress.com/2012/12/05/mengetahui-karakter-seseorang-berdasarkan-usia/
Read More...