Banyak yang mengira ketika kita mempunyai usaha berarti kita adalah entrepreneur, ketika kita memiliki bisnis kita sudah menjadi wirausahawan.
Padahal yang mempunyai bisnis atau usaha belum tentu seorang entrepreneur atau wirausahawan.
Saya teringat ketika saya masih SD ada seorang kakek penjual kue rangi keliling, dan setiap hari berkeliling menjual kue rangi. Kalau anak anak datang kakek tersebut menghibur dengan bernyanyi lagu Koes Plus sambil menjadikan wajan sebagai drum.
Ternyata sang kakek sudah melakukan itu puluhan tahun. Bahkan ketika ibu saya masih kecil, ibu saya juga langganan kue rangi tersebut dan kakek tersebut juga menghibur dengan lagu Koes Plus.
Dedikasi sang kakek luar biasa, sampai-sampai ketika saya mempunyai anak kecil, dia masih melakukan itu juga. Bayangkan dia melakukan itu kepada 3 generasi.
Apakah kakek itu punya dedikasi terhadap pekerjaaannya? Ya, jelas ia melakukannya puluhan tahun tanpa menurunkan kualitas kuenya. Ia bahkan melakukan entertainment sebagai nilai tambah pelayanannya.
Apakah kakek itu seorang pengusaha?
Ya, dia seorang pengusaha. Ia mempunyai bisnis kue rangi yang dijalankannya selama belasan tahun.
Apakah kakek itu adalah seorang entrepreneur?
Bukan, dia bukan entrepreneur, ia bukan seorang wira usaha.
Kenapa?
Kakek itu tidak bisa dikategorikan sebagai wirausahawan karena:
Tidak ada inovasi. Jika ia seorang entrepreneur ia akan melakukan inovasi, mungkin bentuk kuenya, mungkin jenis rasanya, mungkin paket penjualannya.
Tidak ada perkembangan. Dari tahun ketahun hingga puluhan tahun, sang kakek hanya menggunakan panggulan dan tidak ada perkembangan. Padahal sekarang mbok jamu saja sudah tidak digendong lagi, ada yang pakai gerobak, ada yang pakai sepeda, berarti sudah mulai ada sentuhan inovasi. Tapi kakek ini tidak.
Tidak ada kaderisasi. Semua dilakukan sang kakek dari dulu hingga sekarang (saat terakhir ketemu).
Mungkin kakek ini merupakan gambaran banyak pebisnis kita.
Kita punya usaha, terus saja dijalankan sekedar untuk mempunyai penghasilan bulanan. Ini adalah pengusaha tapi bukan entrepreneur.
Ada juga usaha yang berkembang, naik volume penjualan karena permintaan meningkat, bukan karena inovasi.
Ini juga belum tentu entrepreneur, mungkin sekedar pengusaha beruntung.
Seorang pengusaha baru disebut entrepreneur kalau melakukan inovasi, perluasan, langkah-langkah kreatif, terus berkembang, mencoba terobosan baru, dsb.
Bahkan seorang pegawai atau manager walaupun belum punya usaha dan bekerja di perusahaan orang lain, jika berani ambil langkah2 di atas bisa menyandang predikat entrepreneur dengan istilah intraprenuer (ada yang menyebut professional entrepreneur). Intraprenuer adalah langkah cepat menjadi entrepreneur.
Bahkan ibu rumah tangga atau ayah yang melakukan terobosan baru dan langkah kreatif dalam membesarkan anak, juga bisa jadi langkah menjadi entreprenuer.
Misalnya Kumon yang menjadi bisnis besar karena Kumon sebelumnya membuat metode pengajaran buat anak sendiri di rumah.
Bagaimana dengan Anda, ayo mulai kembangkan imajimasi, jadilah entrepreneur untuk kemajuan bangsa!
From Bisa by : Isa Alamsyah
Saudaraku,
Do’akanlah orangtuamu,
Berbuat baiklah pada mereka,
Sebelum kamu menyesalinya!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)