Kali
ini kita akan membahas tentang bagaimana karakter terbentuk secara
turun temurun dan terkadang tidak disadari. Apakah bisa? Mungkin? Bisa
dan mungkin, dan biasanya ini terbentuk dari Belief atau kepercayaan
atau keyakinan dari orangtua yang diturunkan kepada anak. Dan jika
keyakinan yang diturunkan salah, sampai 7 turunan bisa salah jika tidak
diperbaiki. Baiklah, simak terus tulisan ini dan dapatkan rahasia
pemahaman baru.
Belief atau kepercayaan itu bukan kita
berarti membahas persoalan agama atau keyakinan beribadah, yang dimaksud
adalah suatu pemikiran yang terbentuk karena pengalaman yang
berulang-ulang atau pengalaman yang berkesan. Jadi secara sederhananya
bisa kita katakan sebagai perasaan “pasti” akan sesuatu hal. Contohnya
mungkin anda mempunyai perasaan yang pasti tentang kemampuan
berhitung yang baik, jadi anda punya belief atau kepercayaan “wah saya
itu pintar kalau berhitung”. Itu yang kita maksud dengan belief atau
kepercayaan.
Belief bisa sesuatu yang kita inginkan atau yang tidak kita inginkan.Belief
yang kita inginkan secara sadar, belief yang terbentuk karena kita
mempelajari ajaran-ajaran agama yang kita anut itu memang kita inginkan
untuk terbentuk, lalu belief yang terbentuk dari mempelajari
masalah-masalah akademik. Kita memang menginginkan itu agar kita bisa
seperti itu, misalkan kita belajar matematika dan lain sebagainya.
Belief yang terbentuk dari latihan-latihan olahraga karena kita
menginginkannya, kita bisa memiliki keyakinan yang kuat untuk kasus
olahraga contoh: “tendangan saya keras, lemparan saya pasti masuk”.
Nah berikutnya adalah belief yang tidak
kita inginkan secara sadar, tapi toh kita tetap punya belief ini.
Misalnya takut terhadap gelap, wah saya kalau di tempat gelap itu saya
pasti merinding, saya pasti keringat dingin, saya pasti tidak berani
begitu ya. Atau mungkin trauma ketinggian juga wah saya ini tidak bisa
naik pesawat itu suatu belief yang kita tidak inginkan secara sadar
tetapi itu masuk dalam diri kita. Berbagai fobia terhadap binatang,
kemudian ketakutan-ketakutan terhadap guru ketakutan terhadap pelajaran
tertentu ketakutan membuat tujuan pribadi ya perasaan-perasaan
diremehkan atau perasaan bersalah terhadap sesuatu ini adalah
belief-belief yang tidak kita inginkan tetapi secara sadar masuk dalam
diri kita ya.
Satu hal yang mungkin perlu kita
tekankan adalah mengapa belief atau kepercayaan salah yang diajarkan
secara turun-temurun ini sesuatu yang sering orang tua lakukan? Karena
seringkali ada hal-hal yang sebenarnya kepercayaan ini yang keliru tapi
kita sampaikan kepada anak tanpa kita pertanyakan dulu, apakah itu
belief yang bagus atau tidak? Nah contohnya “hei nak jangan main hujan
nanti masuk angin”, atau “ayo mandinya cepet nanti masuk angin lho ya”,
“kalau kamu gak makan kamu pasti sakit lho”, jadi itu adalah
belief-belief yang dibawa dari orangtua yang disampaikan kepada anak
tapi itu belum tentu pasti bener . tapi kalau diulang-ulang jadi bener
juga. Disamping sekarng bukan orangtua lagi yang menanamkan keyakinan
yang salah, tetapi media tv, koran dan media yang lainnya juga peran
serta dalam hal ini.
Apa yang menyebakan ini terjadi?
Bagaimana belief bisa semudah itu tertanam dan membentuk perilaku kita?
Penjelasan ini sangat panjang, kita perlu secara khusus mempelajari
mekanisme pikiran manusia, bagaimana kata-kata bisa membentuk karakter
manusia. Mudahnya, kalimat yang sering diulang-ulang bisa tertanam di
dalam memori manusia dan menjadi suatu sistem keyakinan. Dan karena
banyaknya kesalahan dalam memberikan informasi dan kesalahan menanamkan
keyakinan dipicu oleh ketidaktahuan bagaimana mekanisme pikiran itu
bekerja. l Kita tidak pernah belajar khusus pak mengenai mekanisme
pikiran manusia. Seingat saya waktu dulu kuliah tidak ada yang bahas
soal mekanisme pikiran dan juga hal Ini diperparah dengan control diri
yang kurang baik sehingga kita tidak mau memikirkan ulang dampak dari
suatu kalimat atau tindakan terhadap anak kita. jiKalau belief atau
kepercayaan yang anda turunkan atau anda ajarkan pada anak itu adalah
sesuatu yang positif. Itu sangat baik sekali ya. Jadi misalkan “nak
tahu gak kalau kita ini keturunan orang pintar jadi kamu pasti jadi anak
yang pintar dan cerdas”. Tapi kalau belief atau kepercayaan itu begini
mungkin “nak hidup ini itu susah kamu harus belajar yang rajin supaya
dapat pekerjaan yang bagus”, sering gak denger orang tua nasehatnya
gitu.
Saya dulu, sering termasuk orang yang
dinasehati seperti itu. Harus belajar rajin supaya dapat pekerjaan yang
bagus. Betul? Orang tua itu lupa berpikir lho apa anaknya itu harus jadi
karyawan aja apakah kalau nilainya jelek disekolah apakah dia tidak
bisa sukses ya. Kenapa orang tua ngga ngomong kamu harus belajar rajin
besok kamu bisa menciptakan lapangan pekerjaan yang banyak sekali.
Betul? Belief lain yang sering menghambati anak ya untuk sukses adalah
belief orang tua kadang-kadang seperti ini “nak cari uang itu susah kamu
harus kerja nanti kalau sudah kamu harus pintar” maksudnya kalau kamu
dapat nilai bagus kamu nanti bisa bekerja diperusahaan yang bagus.
Kenapa kok ngak ngomongnya kayak gini, “nak kamu tahu kamu harus pinter
itu kenapa? Supaya kamu bisa buat perusaahn bagus. Jadi kamu bisa
pekerjakan orang –orang yang pinter”, kenapa koq gak ngomong seperti itu
ya? Jadi seperti itulah belief-belief yang kadang orang tua turunkan
kepada anak tanpa dipikir ya. Sehingga bisa kita pahami bagaimana
karakter kebanyakan orang disekelilingi kita. bagaimana juga karakter
bangsa ini?
Jadi untuk menghindari kesalahan ini
adalah anda sebagai orang tua anda coba analisa kebiasaan anda dalam
mengomentari sesuatu ya. Jadi anda melihat ada suatu kejadian dan anda
mengomentari dan anda coba pikirkan apakah bener sudah kata-kata anda
itu. Dan anda mungkin juga bisa berpikir apa dampaknya dari perkataan
saya ini pada anak saya. Pertimbangkan dampak sugesti yang terkandung
dalam setiap perkataan yang sering kita ulangi.